Suramnya Taman Hiburan Raksasa Dekat Hutan Bunuh Diri Aokigahara

By Galih Pranata, Rabu, 3 Januari 2024 | 13:00 WIB
'Aku menemukan tangan dan kakiku menempel di tanah...', ilustrasi dari 'Les Voyages de Gulliver' oleh Jonathan Swift (1667-1745), pewarnaan litografi oleh Frederic Lix (1830-97). (FINE ART AMERICA)

Nationalgeographic.co.idTentunya banyak pembaca yang akrab dengan petualangan Gulliver, ahli bedah kapal yang dipopulerkan oleh Jonathan Swift dalam Gulliver's Travels. Kisah petualangan yang selalu menarik untuk diikuti.

Dalam salah satu edisi petualangannya, kisah Gulliver berakhir di pulau Lilliput yang dihuni oleh manusia-manusia kerdil. Melalui pesan-pesan satirnya, kisah yang diangkat dari novel klasik ini telah menginspirasi orang-orang di seluruh dunia, tak terkecuali di Jepang.

Di bawah bayang-bayang Gunung Fuji di Jepang terdapat sebuah taman hiburan bernama Gulliver's Kingdom Theme Park. Orang-orang Jepang sangat terinspirasi dengan kisahnya hingga membuat seluruh dekorasi taman serupa dengan kisah dalam novelnya.

Bak kisah Gulliver, bagian tengah taman yang menakutkan dibangun patung Gulliver setinggi 147 kaki yang diikat ke tanah oleh miniatur Lilliputians, yang dia temui selama petualangan pertamanya. Mereka menamainya Gulliver's Kingdom atau Kerajaan Gulliver.

Sejak awal, Taman hiburan Gulliver's Kingdom dibangun pada tahun 1997, di dekat Kawaguchi-machi, prefektur Yamanashi, Jepang. Taman ini dianggap sebagai salah satu proyek besar yang populer di Jepang selama tahun 1990-an.

Nahas, umurnya tak cukup panjang. Hanya berkisar empat tahun kemudian sejak pendiriannya, taman ini terpaksa ditutup karena sepi pelanggan. Beberapa orang berspekulasi tentang tutupnya taman ini. 

'Mereka semua terjatuh ke belakang, seolah-olah disambar petir'. Ilustrasi dari 'Les Voyages de Gulliver' oleh Jonathan Swift (1667-1745), pewarnaan litografi oleh Frederic Lix (1830-97). (FINE ART AMERICA)

Alasan paling kuat dari berbagai sumber menyebutkan bahwa taman tersebut berdiri dekat dengan lokasi yang suram. Hal tersebut tak pelak membuatnya sepi pengunjung karena dianggap terkutuk.

"(Taman ini) dibangun di daerah Aokigahara yang juga dikenal sebagai 'hutan bunuh diri' di Jepang," tulis Yana Bostongirl kepada Vocal Media dalam artikelnya berjudul A Short Lived Theme Park That Is Located on the Dark Side of Mt. Fuji, terbitan 6 Maret 2022.

Aokigahara adalah hutan tempat orang-orang bunuh diri. Ia menjadi yang terpopuler kedua di dunia setelah Jembatan Golden Gate di San Francisco, AS. Lebih dari 500 orang di Aokigahara yang diketahui telah melakukan aksi mengakhiri hidup di hutan itu sejak 1950.

Meskipun pembangunan tersebut menyediakan lapangan kerja bagi warga sekitar dalam jangka pendek, namun, bank yang mendanai proyek tersebut telah mengalami kegagalan sehingga harus menghentikan pembangunan taman hiburan tersebut.

Semakin lama semakin ditinggalkan pengunjung akibat legenda yang beredar. Legenda yang mengatakan bahwa hutan ini adalah rumah bagi yurei atau hantu penunggu hutan Aokigahara yang populer di Jepang.

Betapa suramnya legenda dan kisah muram di balik kawasan pendirian taman Gulliver's Kingdom. "Lokasi terkutut di mana ribuan orang akan bertualang ke hutan ini untuk mengakhiri hidup mereka," imbuhnya.

Beberapa orang mengisukan bahwa di dekat lokasi taman yang terlihat ceria ini, pernah ditemukan mayat. "Pada awal tahun 1950-an, para wisatawan melaporkan bahwa mereka menemukan mayat-mayat yang membusuk di Aokigahara," sebut Yana.

Terlepas dari isu miring Aokigahara sebagai hutan bunuh diri, di lokasi tersebut juga berbatasan dengan kawasan yang tak kalah suramnya. Adalah desa Kamikuishiki yang menjadi omongan orang karena menjadi markas besar sekte sesat Aum Shinrikyo.

"Mereka adalah aliran sesat yang melakukan serangan gas Sarin tahun 1995 yang menewaskan 19 orang di kereta bawah tanah Tokyo di Jepang," imbuhnya lagi. Betapa fakta suram ini telah membuat taman hiburan ini menjadi muram.

Martin Lyle yang datang jauh dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, sepakat bahwa taman hiburan itu memiliki konsep yang menakjubkan, tetapi menghadirkan nuansa aneh dan ngeri. Kesunyiannya saat Lyle mengunjungi tempat itu, membuatnya tak mau lagi kesana.

"Pada bulan Oktober 2001, akhirnya taman ini ditutup secara permanen oleh pengelola taman karena sepinya pengunjung," tulis tim Grave Reviews. Mereka menulisnya dalam artikel berjudul Gulliver's Kingdom in Japan, publikasi tahun 2020.

"Sebagaimana kondisinya, setelah ditutup secara resmi, taman hiburan dimakan oleh alam dan zaman, tempatnya terlihat menyeramkan, usang karena terbengkalai," tambahnya. Wajah patung Gulliver terlihat semakin mengerikan.

Tempat atraksi-atraksi dalam taman hiburan dirusak, tubuh patung Gulliver yang mulai rusak dan mendapat coretan sana-sini, semakin terlihat mengerikan ditengah hutan yang suram. 

Satu-satunya orang yang pergi ke sana setelah mengkrak adalah mereka yang tertarik untuk bertualang melihat patung raksasa berkarat. Mengingat fakta bahwa taman ini adalah tujuan populer bagi jutaan wisatawan yang penasaran mengapa taman hiburan ini tidak memenuhi ekspektasi penikmat kisah Gulliver's Travels.

"Setelah bertahun-tahun dibiarkan membusuk, pada 2007, pembongkaran dilakukan secara total, meninggalkan puing-puing di tengah hutan yang mengerikan," tim Grave Reviews menutup tulisannya.