Penelitian ini diterbitkan di jurnal Child Development pada Oktober 2023 dengan bertajuk "Younger, not older, children trust an inaccurate human informant more than an inaccurate robot informant".
Li, bersama pembimbingnya yang merupakan profesor psikologi, Yow Wei Quin, melakukan penelitiannya dengan melibatkan peserta di tiga TK di Singapura. Anak-anak dibagi ke dalam kelompok "lebih muda" dan "lebih tua". Kelompok "lebih muda" beranggotakan anak-anak berusia rata-rata 4,6 tahun, dan yang lebih dari itu dimasukkan ke dalam kelompok "lebih tua".
Agar mengetahui rasa kepercayaan anak-anak, mereka dipasangkan dengan robot atau manusia yang akan menjadi informan. Informan ini akan menunjukkan penanda, baik akurat maupun tidak akurat kepada objek tertentu.
Robot yang mereka gunakan merupakan sosok menyerupai manusia yang disebut NAO, yang dibuat oleh perusahaan rintisan Prancis SoftBank Robotics. NAO merupakan robot yang belakangan digunakan untuk pembelajaran di sekolah oleh para guru untuk menarik minat anak-anak di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Math).
Dari sini, Li dan Quin menguji apakah sosok informan dan rekam jejak validitas informasinya menentukan pilihan anak-anak atau tidak. "Anak-anak tidak hanya memercayai siapa pun untuk mengajari mereka penanda (labeling) kepada suatu objek, mereka memercayai orang-orang yang dapat diandalkan sebelumnya," kata Li.
Kecenderungan anak-anak untuk mempercayai manusia, menurut para peneliti, disebabkan bentuk fisik penyampai sumber informasi. Robot, sebagai alat bantu pembelajaran, mungkin akan lebih dipercaya seperti manusia jika kelak interaksinya semakin sering dengan anak-anak.
Seiring dengan seringnya anak-anak berhadapan mesin pintar seperti robot, mereka mungkin akan melihat robot sebagai sumber pengetahuan yang cerdas dan dapat diandalkan, terang para peneliti.