Gerombolan Emas, Pecahan Mimpi Buruk Eropa dari Kekaisaran Mongol

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 4 Januari 2024 | 17:00 WIB
Serangan Gerombolan Emas, pecahan Kekaisaran Mongol, dalam Pertempuran Mohi, Mei 1241. Pertempuran ini menjadi serangan pertama bangsa Mongol ke Hungaria dan menapaki jejak kekaisaran dari Asia di Eropa selama abad pertengahan. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Bagi orang Eropa, bangsa Mongol bagaikan mimpi buruk. Bagaimana tida? Dalam sejarah mereka, bangsa Mongol dari arah timur masuk ke Eropa, merampas kekuasaan, dan menaklukkan berbagai kerajaan.

Bahkan, pada abad kelima Masehi, Kekaisaran Romawi diganggu dengan kedatangan salah satu etnis proto-Mongol yang dipimpin Attila dari Hun. Kedatangan orang Asia atau rumpun Turki dan Mongol sudah berlangsung dari masa prasejarah.

Pada abad pertengahan, Kekaisaran Mongol yang disatukan oleh Genghis Khan kembali menghantui Eropa. Salah satu putra Genghis, Ogedei Khan (1229-1241) yang menjadi pemimpin tertinggi Kekaisaran Mongol untuk kampanye ke Eropa yang berada di balik Pegunungan Ural.

Pergerakan pasukan Mongol telah menyeberang Sungai Volga pada 1236, dan menaklukkan Volga Bulgaria setahun berikutnya. Kota-kota lain milik Rusia (Kievan Rus) satu per satu jatuh sampai 1240.

Kekuasaan di Eropa Timur inilah yang kelak menjadi pecahan Kekaisaran Mongol yang disebut Gerombolan Emas. Kelompok ini dipimpin oleh Batu Khan sejak 1227, yang merupakan keponakan Ogedei.

Setelah Rusia hancur, Mongol terus ke arah barat, menghancurkan pasukan Polandia dan para Ksatria Teutonik, dan berperang dengan Hungaria pada 1241. Namun, serangan itu terhenti ketika Kaisar Ogedei meninggal pada tahun yang sama di Mongolia.

Meski demikian, Gerombolan Emas tidak pernah menyentuh lebih jauh ke Laut Adriatik yang memisahkan Italia dan Balkan. Mereka pernah menyerang Konstantinopel pada 1242, tetapi gagal.

Semangat Gerombolan Emas ini kemudian membuat orang Eropa menyebut bangsa Mongol sebagai Tartar. Ada dua pendapat mengenai istilah ini. Pertama, Tartar mungkin diambil dari salah satu klan Mongol, Tatar. Kedua, karena keganasan mereka dalam menaklukkan kota, diambil dari neraka atau dunia bawah dari mitologi Yunani, Tartarus.

Dunia Islam dan perpecahan Kekaisaran Mongol

Berke Khan, saudara Batu yang baru naik menjadi Khan tertinggi Gerombolan Emas pada 1257 melanjutkan kampanye militer. Dia hendak menguasai dunia Islam namun berbeda dengan cabang Kekaisaran Mongol lainnya, Ilkhanat. Rivalitas antara Gerombolan Emas dan Ilkhanat begitu terasa di perbatasan, bahkan keduanya saling berperang pada 1262.

Kekaisaran Ilkhanat yang saat itu dipimpin oleh Hulagu Khan berseteru dengan Gerombolan Emas dan menaklukkan Persia. Ilkhanat menjadi kawan atau lawan bagi peradaban Islam dan Kristen yang tengah berseteru dalam sejarah Perang Salib.

Perang antara dua pecahan Kekaisaran Mongol: Gerombolan Emas dan Kekaisaran Ilkhanat. Lukisan ini menunjukkan pertempuran di dekat Sungai Terek yang mengalir di Georgia dan Rusia hari ini. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Berbeda dengan Hulagu Khan, Berke memilih masuk agama Islam. Kekuatan Islam pun mendukungnya dalam dualisme Kekaisaran Mongol yang tengah pecah. Berke menjalin aliansi dengan Kekaisaran Mamluk dari Mesir yang dipimpin oleh Sultan Baibar (1260-1277), yang merupakan musuh dari Hulagu.

Hubungan Gerombolan Emas dan Kekaisaran Ilkhanat terasa begitu alot sejak Mongke Khan, Khan tertinggi Kekaisaran Mongol, wafat pada 1259. Saat itu, Kekaisaran Mongol di ambang perang saudara demi di mana keturunan Jenghis Khan berebut mendapatkan gelar Khan Agung di Karakorum.

Kekaisaran Mongol sendiri kemudian dipimpin oleh Kubilai Khan, saudara kandung Mongke dan Hulagu. Berke seperti ditolak oleh Kekaisaran Mongol, sehingga kesengitan terus terjadi antara Gerombolan Emas dan Ilkhanat. Konflik ini bahkan membuat Berke Khan tewas dalam perjalanan melawan Ilkhanat pada 1266.

Kekuasaan Gerombolan Emas kemudian turun ke Mongke-Temur Khan. Khan baru ini melakukan kampanye lagi menghadapi Bizantium pada 1269, Balkan pada 1275, dan etnis Iran yang disebut sebagai Alan di Kaukasus pada 1277.

Invasi Gerombolan Emas ke Bizantium memaksa Kaisar Mikhael VIII Palaiologos menikahkan salah satu putrinya bernama Euphrosyne Palaiologina dengan Jenderal Nogai Khan.

Pengaruh Gerombolan Emas di Balkan membuka jalur perdagangan baru bagi mereka, memberikan koloni perdagangan untuk Genoa dan Venesia di Azov dan Kaffa. Mereka juga membuka Rusia menjadi jalur perlintasan bagi para pedagang Jerman.

Kepercayaan Gerombolan Emas dan politik luar negeri

Gerombolan Emas pada awalnya, merupakan penganut Tengrisme yang merupakan agama bangsa Mongol dan Buddha. Mualafnya Berke Khan tidak secara langsung merombak kepercayaan pembesar-pembesar Gerombolan Emas.

Peralihan kepercayaan menjadi Islam bagi kerajaan pecahan Kekaisaran Mongol tersebut terjadi saat Muhammad Uzbeg Khan (1313-1341) memimpin. Hubungan dengan Kekaisaran Mamluk di Mesir juga semakin kuat dengan menikahkan salah satu putri Mongol dengan sang Sultan.

Di bawah Uzbeg, ibukota Gerombolan Emas, Sarai, berkembang dengan unsur kebudayaan Islam. Sarai memiliki masjid yang indah dan pemandian umum yang menjadikannya sebagai puncak kejayaan Gerombolan Emas, terutama semasa kekuasaan Janibeg (1342–1357).

Muhammad Uzbeg Khan adalah khan Gerombolan Emas yang mengubah kekaisarannya berbasiskan agama Islam. Pecahan Kekaisaran Mongol ini kemudian bersekutu dengan dunia Islam dan berkembang pesat di Rusia. ( Vasily Petrovich Vereshchagin/Wikimedia Commons)

Selain itu, ada banyak permainan politik luar negeri pada masa pemerintahan Uzbeg. Gerombolan Emas yang juga menjadi sekutu bagi Bizantium, justru bersekutu juga dengan vasal Bulagaria dan menyerang Kekaisaran Bizantium. Dia juga melanjutkan kampanye perang melawan Polandia pada 1340.

Salah satu momentum terbaik Gerombolan Emas adalah keruntuhan Ilkhanat pada 1335. Musuh yang masih sesama pewaris Kekaisaran Mongol itu hancur karena permasalahan suksesi, walau para kaisar terdahulunya juga sudah masuk agama Islam.

Kehancuran Ilkhanat membuat Gerombolan Emas menguasai beberapa daerahnya seperti Irak dan Tabriz. Bangsawan Ilkhanat bahkan berpaling untuk berada di bawah kepimpimpinan Uzbeg, tetapi ia menolak mereka.

Kebangkitan Rusia dan Kemunduran Gerombolan Emas

Wabah Hitam yang menjangkit pada abad pertengahan di seluruh dunia menghancurkan perekonomian Gerombolan Emas. Akibatnya, kekuasaan kekaisaran tersebut terpecah oleh perang saudara yang terjadi pada 1359-1382. Perpecahan ini membuat kekuasaan yang pernah direbut semasa Kekaisaran Mongol di Eropa perlahan lepas seperti Lituania.

Kievan Rus dan beberapa pangeran kecil Kekaisaran Rusia, yang hanya tersisa di Novogorod, melawan Gerombolan Emas. Perlawanan ini membuahkan kemenangan pertama dalam sejarah Rusia menghadapi bangsa asing dalam Pertempuran Kulikovo pada 1380.

Khan Gerombolan Emas Tokhtamysh (1380-1395) sempat mencegah kemunduran ini. Dia mengepung Moskow pada 1382 dan membantau penduduk kota. Lituania pun kembali ditundukkan oleh Mongol, diperbudak, dan dipaksa untuk membayar upeti.

Namun, kesalahan Tokhtamysh adalah mengkhianati gurunya, Timur Lenk (Timur si Pincang). Timur Lenk adalah khan pertama Kekaisaran Timuriyah yang mempersatukan sisa-sisa Kekaisaran Ilkhanat. Timur Lenk membalas serangan Gerombolan Emas dan berhasil menghancurkan Sarai, memusnahkan jalur dagang, dan menghancurkan perekonomiannya.

Dampak serangan Kekaisaran Timuriyah bukan main. Kehancuran ini membuat Gerombolan Emas kembali terpecah belah oleh perang saudara yang menyusul terjadi. Kekuasaan Gerombolan Emas pun mundur sampai ke tepi Sungai Volga.

Sisa-sisa kekuasaan mereka juga dipecah lagi menjadi beberapa kekaisaran kecil seperti Khazan, Astrakhan, Krimea, Sibir, Nogai, dan Kazakh. Pecahan ini kemudian bertahan selama beberapa dekade hingga abad.

Kelak, sebagian di antaranya ditaklukkan oleh Ketsaran dan Kekaisaran Rusia. Sebagian lainnya menjadi vasal bagi Kekaisaran Ottoman seperti Krimea, sampai akhirnya dianeksasi Rusia pada 1783.