Tidak hanya mengenai cerita Hanzhalah, sebagai makhluk mitologi Timur Tengah yang populer pada masa kejayaan Islam, burung anqa diriwayatkan hidup sezaman dengan Nabi Musa dan Sulaiman.
Cerita tentang Nabi Musa ini berasal dari periwayat hadis Abdullah bin Abbas. Disebutkan terdapat seekor burung bernama Anqa yang memiliki empat buah sayap dan wajah seperti manusia. Burung tersebut dikirimkan Tuhan kepada Musa. Musa harus menjaganya dan memberi makan berupa hewan-hewan liar yang hidup sekitar Baitul Maqdis (Yerusalem).
Setelah Musa wafat, burung itu berpindah ke Hijaz dan berkembang biak. Aktivitasnya di sana sangat mengganggu penduduk sekitar dengan memangsa anak-anak. Dari sinilah, Khalid bin Sinnan al Abbasi, yang diyakini merupakan nabi Arab setelah Isa dan sebelum Muhammad, berdoa agar burung tersebut diputuskan keturunannya hingga punah.
Penyebaran anqa sebagai mitologi Timur Tengah tergambarkan pada masa gemilang di Yerusalem, tepatnya pada cerita Nabi Sulaiman. Berbeda dengan cerita lainnya, anqa dalam kisah Nabi Sulaiman cenderung bernilai filosofis atau memiliki pesan moral.
Disebutkan bahwa anqa keberatan pendapat Nabi Sulaiman yang mengatakan "qada (ketentuan dari Allah) tidak bisa diubah". Sang nabi dan raja terkaya di Yerusalem itu segera menantang anqa yang keberatan.
Tantangan yang diberi Sulaiman kepada anqa adalah mencegah seorang bayi perempuan di kerajaan timur berzina saat dewasa. Anqa segera terbang dan mengurung sang bayi, mengasuhnya seperti anak sendiri, dan menjaganya hingga dewasa di suatu pulau.
Singkat cerita, anak perempuan itu bertemu dengan seorang pemuda terdampar di pulaunya. Keduanya saling terpikat, memadu kasih, hingga berzina.
Pada akhirnya anqa membawa perempuan itu ke Sulaiman. Sulaiman justru memberi tahu kepada anqa bahwa selama ini anak yang dijaga itu telah berzina tanpa sepengatahuan anqa. Mengetahui hal itu, anqa panik dan malu. Dia kabur ke arah barat dan enggan menemui manusia lagi.