Nationalgeographic.co.id—Achilles dalam mitologi Yunani kuno adalah kisah epik tentang kepahlawanan, pertempuran legendaris dan kematian tragis.
Kisahnya, yang diabadikan dalam Iliad karya Homer, telah diceritakan kembali selama ribuan tahun. Kisah Achilles dimulai bahkan sebelum kelahirannya, dengan ramalan yang akan menentukan nasibnya.
Ibunya, Thetis sang Peri laut diramalkan akan melahirkan seorang putra yang akan melampaui ayahnya dalam hal kekuatan dan keberanian di mitologi Yunani kuno.
Ramalan ini begitu kuat sehingga Zeus takut putra Thetis akan menggulingkannya. Raja para dewa pun mengatur agar dia menikah dengan manusia fana, Peleus, raja Myrmidons.
Persatuan Thetis dan Peleus dirayakan dengan pernikahan akbar yang dihadiri semua dewa, kecuali Eris, dewi perselisihan.
Eris, dalam kemarahannya karena dikucilkan, melemparkan sebuah apel emas bertuliskan kata-kata "yang tercantik" ke dalam pertemuan tersebut, memicu rangkaian peristiwa yang pada akhirnya mengarah pada Perang Troya.
Kelahiran Achilles ditandai oleh upaya putus asa ibunya untuk melindunginya dari nasib yang dinubuatkan. Thetis, dalam upaya membuat putranya abadi, memegangi tumitnya dan mencelupkannya ke Sungai Styx, sungai dunia bawah.
Styx dikatakan memberikan kekebalan pada siapa pun yang mandi di perairannya, dan memang, Achilles tumbuh menjadi kebal di mana pun kecuali tumit yang digunakan ibunya untuk memegangnya. Hal ini kemudian memunculkan istilah "tumit Achilles", yang melambangkan satu titik kelemahan.
Achilles menjadi Pejuang
Pendidikan dan pelatihan Achilles memainkan peran penting dalam membentuknya menjadi pejuang yang tangguh.
Tahun-tahun awalnya dihabiskan di bawah bimbingan Centaur Chiron, yang dikenal karena pengetahuan dan kebijaksanaannya yang luas.
Chiron bukan sekadar mentor bagi Achilles, dia juga seorang figur ayah, memberikan pahlawan muda landasan moral dan intelektual yang akan membimbingnya sepanjang hidupnya.