Pendidikan Chiron bersifat komprehensif, mencakup seni bela diri dan seni damai. Achilles belajar bertarung, berkuda, dan berburu. Keterampilan yang nantinya akan berguna baginya di medan perang dalam mitologi Yunani kuno.
Namun Chiron juga mengajari Achilles seni musik dan pentingnya kebijaksanaan dan kebajikan. Achilles menjadi pemain kecapi yang terampil, dan kecintaannya pada musik dan lagu merupakan aspek penentu karakternya, yang membedakannya dari pejuang lain pada masanya.
Pelatihan yang diterima Achilles sangat ketat dan menuntut, dirancang untuk mempersiapkannya menghadapi tantangan yang akan dia hadapi sebagai seorang pejuang.
Dia diajari untuk menggunakan berbagai senjata, dan kekuatan serta ketangkasan alaminya, dikombinasikan dengan kekebalannya, menjadikannya petarung yang tak tertandingi.
Keahlian bela dirinya sedemikian rupa sehingga ia dikatakan setara dengan seluruh pasukan di medan perang.
Namun pendidikan Achilles bukan hanya tentang kekuatan fisik dan keterampilan bela diri. Chiron juga menanamkan dalam dirinya rasa hormat dan pemahaman mendalam tentang kode heroik, prinsip-prinsip yang akan memandu tindakannya dalam Perang Troya.
Dia belajar tentang pentingnya kemuliaan dan reputasi, konsep-konsep yang penting bagi cita-cita kepahlawanan Yunani.
Achilles dan Perang Troya
Perang Troya, konflik selama satu dekade antara kota Troy dan gabungan kekuatan negara-negara kota Yunani, menjadi latar belakang peristiwa paling penting dalam kehidupan Achilles.
Keterlibatan Achilles dalam Perang Troya telah dinubuatkan bahkan sebelum kelahirannya. Walaupun ibunya, Thetis, berusaha menyembunyikannya dan menjauhkannya dari perang, Achilles terseret ke dalam konflik, didorong oleh janji kejayaan abadi.
Dia memimpin Myrmidons, sekelompok pejuang dari kerajaan ayahnya dan eksploitasinya di medan perang menjadi legenda.
Salah satu tema sentral Perang Troya, seperti yang digambarkan dalam Iliad karya Homer, adalah kemarahan Achilles.