Benteng-benteng ini memungkinkan pihak lawan bisa bertahan dalam pengepungan dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga mengurangi kerentanan lokasi-lokasi penting terhadap serangan cepat.
Ketika monarki-monarki Eropa mengkonsolidasikan kekuasaan dan sumber daya, mereka mulai mempertahankan kekuatan yang lebih besar, terlatih, dan disiplin.
Peralihan dari pungutan feodal ke tentara profesional berarti bahwa tentara dapat dimobilisasi dengan lebih cepat dan efektif untuk merespons ancaman, termasuk Chevauchées.
Meningkatnya penggunaan meriam dan senjata api pada abad ke-15 membuat para kesatria lapis baja berat, andalan pasukan Chevauchée, semakin rentan.
Kerentanan ini terlihat jelas dalam pertempuran seperti Pertempuran Agincourt pada tahun 1415, ketika pemanah Inggris menghancurkan kesatria Prancis. Kemudian dalam Perang Burgundi (1474–1477), di mana artileri bubuk mesiu memainkan peran penting.
Selain itu, meningkatnya sentralisasi negara dan perkembangan sistem administrasi yang lebih canggih memungkinkan koordinasi dan pengendalian wilayah yang lebih baik.
Sentralisasi ini berarti bahwa negara-negara dapat merespons secara lebih efektif terhadap ancaman penggerebekan, tidak hanya melalui cara-cara militer tetapi juga melalui peningkatan intelijen dan komunikasi.