Nationalgeographic.co.id—Sejarah Mesir Kuno terkenal dengan piramida megahnya, kuil-kuil yang mengesankan dan makamnya yang rumit. Akan tetapi bagaimana dengan rumah orang-orang yang tinggal di sana?
Rumah-rumah di sejarah Mesir kuno sangat beragam, mencerminkan perbedaan kelas sosial, gaya hidup, dan kepercayaan orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Beberapa faktor mempengaruhi rumah orang sejarah Mesir Kuno. Salah satu yang terpenting adalah iklim. Karena Mesir Kuno terletak di gurun pasir, maka panas terik dan kering.
Orang Mesir membuat rumahnya dari bahan-bahan seperti lumpur dan papirus. Budak dan anak-anak diberi tugas membuat batu bata lumpur. Untuk membuat batu bata lumpur, mereka mencampurkan tanah liat dengan air dan jerami lalu membentuknya. Setelah batu bata dijemur, mereka akan menggunakannya untuk membangun tembok.
Atapnya terbuat dari pelepah kurma, tikar, atau alang-alang. Bahan-bahan ini sudah tersedia dan dapat dengan mudah diganti jika sudah usang. Selain itu, keluarga sering kali membangun atap datar sebagai tempat tidur selama malam musim panas.
Warga Mesir kuno membuat rumahnya dari bahan-bahan sederhana dan lebih mementingkan fungsi daripada bentuk. Rumah mereka harus praktis dan memberikan perlindungan yang diperlukan dari kondisi ekstrem.
Faktor lain yang mempengaruhi rumah di Mesir adalah kekayaan penduduk dan keluarga. Sungai Nil dapat menghancurkan rumah-rumah Mesir Kuno dengan sangat cepat, sehingga memaksa warga untuk mengganti bahan konstruksi yang mereka gunakan.
Akibatnya, ada dua jenis tempat tinggal utama di Mesir Kuno ada dua yaitu, terbuat dari batu bata lumpur dan dari batu.
Batu bata lumpur adalah jenis bahan yang paling umum digunakan untuk konstruksi. Sebab, pembuatannya mudah dan terjangkau oleh keluarga kelas bawah.
Batu kurang umum digunakan, harganya lebih mahal. Jadi keluarga yang lebih kayalah yang menggunakannya.
Rumah bata lumpur dibuat dengan cara mencampurkan lumpur dan jerami kemudian dibentuk atau menggunakan cetakan untuk membuat campuran tersebut menjadi batu bata.
Batu bata ini akan dijemur dan digunakan untuk membangun dinding rumah. Atapnya biasanya terbuat dari alang-alang atau daun palem, yang membantu menjaga rumah tetap sejuk.
Rumah batu dibuat dengan cara memotong balok-balok batu kapur atau batu pasir kemudian dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan. Harga rumah batu juga jauh lebih mahal daripada rumah batu bata lumpur dalam sejarah Mesir kuno.
Rumah bata lumpur juga bervariasi tergantung kekayaan. Umumnya keluarga miskin hanya mampu membuat satu baris batu bata lumpur.
Keluarga yang lebih kaya biasanya dapat membangun dua atau tiga baris batu bata untuk meningkatkan kekuatan mereka. Selain itu, keluarga-keluarga menutup jendela dan pintu dengan alang-alang untuk mencegah debu dan panas.
Para pedagang pasti akan tinggal di rumah-rumah yang jauh lebih bagus dengan beberapa baris batu bata lumpur dan lebih banyak perabotan. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah-rumah yang terbuat dari batu bata lumpur akan tetap hancur, tidak peduli betapa bagusnya bangunan tersebut. Jadi tentu saja lebih baik memiliki rumah batu meskipun langka.
Seperti semua hal lainnya dalam pembangunan rumah, tata letak rumah bergantung pada status keluarga dan jumlah anggota keluarga menentukan ukuran rumah.
Meskipun sebagian besar rumah memiliki setidaknya tiga kamar, biasanya rumah tersebut berlantai dua. Biasanya hasil panen dan barang-barang terkait makanan lainnya disimpan di bagian bawah rumah.
Karena lingkungan, debu dan puing selalu menjadi masalah sehingga banyak keluarga yang membangun pintu rumah mereka sekitar 4 kaki dari tanah. Sebuah tanjakan akan mengarah ke pintu masuk yang tersisa dari lantai.
Keluarga yang lebih kaya akan menggunakan bagian jalan bawah ini untuk membangun halaman. Perabotan adalah kemewahan yang hanya mampu dimiliki oleh warga terkaya.
Akibatnya, sebagian besar keluarga Mesir Kuno akan duduk di lantai, biasanya ditutupi tikar atau permadani. Keluarga yang lebih kaya akan memiliki kursi dan bangku, seringkali terbuat dari kayu.
Tempat tidur merupakan barang mewah, biasanya ditinggikan dari tanah dan terbuat dari kayu. Jika keluarga miskin tidak mempunyai tempat tidur, yang ada hanyalah kasur jerami sederhana di lantai.
Keluarga berpenghasilan rendah tidak memiliki air mengalir atau toilet di rumah mereka. Sebaliknya, mereka pergi ke sungai untuk mengambil air untuk mandi atau memasak dan pergi ke toilet. Keluarga biasanya memiliki kakus di properti mereka.
Keluarga miskin seringkali tinggal di rumah yang dibangun di atas satu sama lain. Banyak keluarga melakukan hal ini untuk menghemat ruang karena rumah yang terbuat dari batu bata lumpur tidak begitu kokoh.
Meskipun rumah-rumah di Mesir kuno sangat berbeda dengan rumah-rumah kita saat ini, rumah-rumah tersebut masih memiliki tujuan yang sama, yaitu menyediakan tempat berlindung bagi keluarga.
Tentu saja, status keluarga menentukan tata letak dan konstruksi rumah, namun semua rumah rentan terhadap kondisi lingkungan yang keras.
Masyarakat Mesir kuno puas dengan sumber daya yang mereka miliki. Meskipun rumah mereka mungkin tidak memiliki fasilitas yang kita anggap remeh di zaman modern, mereka masih mampu menyediakan tempat yang bisa disebut rumah bagi keluarga.