Penampakan Seram Shinigami, Malaikat Maut di Cerita Rakyat Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 11 Januari 2024 | 16:00 WIB
Shinigami, dewa kematian dalam mitologi Jepang. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id—Shinigami adalah dewa kematian yang memainkan peran penting di akhirat dalam cerita rakyat Jepang

Pengaruh mereka dapat dilihat di seluruh budaya Jepang, mulai dari seni tradisional, anime dan manga popular.

Roh dan dewa adalah bagian dari budaya Jepang, tetapi Shinigami baru bergabung dalam narasi tersebut sekitar abad ke-18 atau ke-19. 

Shinigami sering dikaitkan dengan Grim Reaper atau Malaikat Maut. Dewa kematian baru ini tidak muncul sampai ide Jepang bercampur dengan budaya Barat. Shinigami bercampur dengan kepercayaan tradisional Buddha, Tao, dan Shinto.

Dalam kebanyakan kasus, mereka dianggap makhluk baik hati yang membimbing orang mati menuju akhirat.

Meskipun banyak yang menganggap mereka mirip dengan Malaikat Maut, sebagian besar literatur menggambarkan mereka sebagai sesuatu yang tidak terlalu menakutkan.

Dari segi penampilan, belum ada yang tahu pasti seperti apa rupa seorang Shinigami. Meskipun Grim Reaper memiliki penampilan yang berbeda dan membawa sabit, Shinigami dapat bersembunyi di depan mata.

Mereka dikatakan mengenakan kimono hitam dan memiliki rambut putih panjang, tapi deskripsinya kurang lebih spesifik.

Beberapa karya seni memperlihatkan penampilan kecil mereka yang kekanak-kanakan, sementara yang lain membuat mereka terlihat seperti wanita tua yang kurus. 

Dapat dikatakan bahwa mereka bukanlah makhluk yang paling konsisten dalam cerita rakyat Jepang karena kemunculan mereka baru-baru ini dalam sejarah.

Hal penting yang harus diingat adalah bahwa mereka adalah makhluk baik hati yang membimbing orang mati menuju akhirat.

Tentu saja, ketakutan terhadap kematian adalah hal yang wajar, tetapi Shinigami menawarkan transisi yang lebih damai ke kehidupan selanjutnya.

Kemunculan Shinigami pertama dalam sastra Jepang terjadi pada Zaman Edo. Karena diperkenalkannya Shinigami baru-baru ini ke dalam budaya Jepang, sulit untuk menentukan peran dewa kematian ini.

Meskipun demikian, penting untuk dipahami bahwa Shinigami juga merupakan 'kami', yang pada dasarnya adalah dewa.

Berdasarkan hal ini, kita bisa melihat bagaimana Shinigami mengambil peran yang lebih penting dalam cerita rakyat Jepang.

Selain itu, segala sesuatu mempunyai roh, bahkan tempat, dan benda. Jadi, bisa dibilang sungai dan langit punya kami, jadi wajar kalau kami yang mati adalah Shinigami.

Sebuah tema dalam budaya Jepang selanjutnya adalah bahwa Shinigami mengundang orang ke akhirat dan belum tentu menyebabkan kematian.

Sebenarnya, Shinigami tidak memiliki kendali atas kehidupan siapa pun dan hanya bisa membawa seseorang ke akhirat jika waktunya tiba. 

Kisah-kisah populer menggambarkan bahwa kehidupan terikat pada pembakaran lilin. Seperti lilin yang menyala, begitu pula kehidupan seseorang. Setelah lilinnya menyala, Shinigami akan datang untuk mengambilnya.

Beberapa buku terkenal seperti Ehon Hyaku Monogatari pada 1841 atau Mekuranagaya Umega Kagatobi pada 1886, dimana Shinigami dikenal sebagai roh jahat.

Dalam karya-karya ini, para Shinigami merencanakan kejahatan dan senang mempermainkan manusia atau membuat mereka bunuh diri.

Beberapa cerita Shinigami menceritakan tentang kami yang membuat kesepakatan dengan orang-orang dan kemudian menipu mereka hingga mati dengan memberi mereka bantuan. 

Dalam beberapa kasus, Shinigami merasuki orang dan mendorong mereka untuk menghancurkan atau membawa mereka menuju kematian di tempat asing.

Namun, cerita kontradiktif lainnya menggambarkan Shinigami sebagai dewa yang memerintah dunia orang mati dan mengatur kehidupan dan kematian.

Bagaimana Shinigami Mempengaruhi Budaya Jepang Modern?

Shinigami telah menjadi bagian dari budaya Jepang selama kurang dari dua ratus tahun, namun mereka telah memberikan dampak yang signifikan.

Dalam budaya pop Jepang modern, Shinigami sering digunakan sebagai personifikasi kematian.

Misalnya, serial manga dan anime populer Death Note. Shinigami di Death Note sangat berbeda dari Shinigami cerita rakyat tradisional karena mereka jauh lebih jahat dan tampaknya senang mengambil nyawa manusia.

Meskipun gambaran Shinigami ini mungkin populer dalam budaya pop Jepang, penting untuk diingat bahwa Shinigami dalam cerita rakyat tidak selalu jahat.

Sebaliknya, mereka sering dianggap sebagai kami yang membantu dan menunjukkan jalan menuju akhirat kepada manusia. 

Shinigami hanyalah salah satu contoh dari banyak aspek menarik dari budaya dan cerita rakyat Jepang.

Orang Jepang modern yang menganut agama Shinto atau generasi yang lebih tua mungkin masih percaya pada Shinigami dan kemampuan mereka untuk membimbing manusia menuju akhirat.

Meskipun citra Shinigami telah berubah seiring berjalannya waktu, jelas bahwa mereka masih mendapat tempat dalam budaya Jepang.