Dipengaruhi Tiongkok dan Jepang, Inilah Pedang Kuno Kekaisaran Korea

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 6 Februari 2024 | 07:00 WIB
Meskipun busur merupakan senjata andalan para prajurit Korea di zaman Kuno, pedang tetap memiliki peran dan keberadaan yang signifikan. (The Korean Herald)

Sam-ingeom. (Museum Istana Nasional Korea)

Sejarah Pedang Korea

Dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan tetangga yang lebih kuat, orang Korea mengembangkan berbagai macam pedang, senjata, dan seni perang. Mereka juga mengadopsi beberapa gaya bertarung dari negara tetangga seperti Kekaisaran Tiongkok dan Jepang.

Tiga Kerajaan Korea (57 SM - 668 M) adalah periode sejarah Korea yang melibatkan tiga kerajaan utama, yaitu Goguryeo, Baekje (Paekche), dan Silla.

Pada masa itu, peperangan terdiri dari prajurit pejalan kaki dengan tombak dan panah penunggang kuda. Selain itu, pedang juga digunakan untuk pertempuran jarak dekat, Bahkan, sebagian besar jenderal dan pemimpin juga merupakan ahli pedang yang terampil.

Menurut Abigail, pedang Korea pertama kali muncul dalam tulisan-tulisan dari dinasti Paekche, yang memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan Jepang.

“Pedang besi dan teknologi pembuatan pedang berasal dari Tiongkok dan kemudian menyebar ke Korea dan Jepang,” jelas Abigail.

Orang Korea lebih menyukai busur, sehingga mereka tidak mengembangkan seni pedang pada tingkat yang sama seperti Kekaisaran Jepang dan Tiongkok. Meskipun demikian, pedang masih mendapatkan tempatnya dalam seni bela diri Korea.

Dalam drama Korea, sering menunjukan bahwa pedang para prajurit dikenakan dengan gagang di bagian depan, faktanya tidak demikian.

Seperti kebanyakan kebudayaan di Asia, termasuk Korea, pedang sering dikenakan di pinggang atau samping dengan gagang di belakang tubuh. Karena pedang tergantung pada tali, arahnya dapat diubah sesuka hati, dan pedang dapat dihunus dengan cepat dari sarungnya.

Pendekar pedang Korea menggunakan pedang mereka dengan satu atau dua tangan, tergantung pada kebutuhan dan kekuatan mereka. 

Teknik dua tangan umumnya memberikan kekuatan yang lebih besar. Namun, teknik satu tangan tetap efisien ketika seorang pendekar pedang menggunakan tangan yang lainnya untuk bertahan. Terkadang mereka menggunakan sarung pedang, untuk menangkis serangan musuh.