Dipengaruhi Tiongkok dan Jepang, Inilah Pedang Kuno Kekaisaran Korea

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 6 Februari 2024 | 07:00 WIB
Meskipun busur merupakan senjata andalan para prajurit Korea di zaman Kuno, pedang tetap memiliki peran dan keberadaan yang signifikan. (The Korean Herald)

Nationalgeographic.co.id—Seperti halnya negara lain di masa lampau, pedang juga berperan penting dalam sejarah Kekaisaran Korea. Senjata ini merupakan alat utama bagi para pejuang Korea dalam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan bangsa mereka.

Pedang-pedang yang digunakan oleh para pejuang Korea memiliki jenis yang bervariasi. Sedikit banyak, desainnya dipengaruhi oleh negara-negara tetangga seperti Kekaisaran Tiongkok dan Jepang.

Menurut sejarawan Abigail Cambal, dilansir dari laman Swordis, pedang Korea dapat dikategorikan ke dalam dua jenis: geom dan do.

“Dalam tipologi pedang, geom sering kali menyiratkan pisau bermata dua, sementara do adalah senjata bermata satu, meskipun ada beberapa pengecualian,” kata Abigail.

Meskipun masih terdapat beberapa jenis pedang Korea lainnya, tidak banyak dokumen yang memberi pengetahuan tentang masing-masing jenisnya.

Pedang dengan gagang cincin dari Makam Cheonmachong. (Badan Administrasi Warisan Budaya Korea)

Salah satu jenis pedang yang paling awal adalah hwandudaedo. Pedang yang memiliki arti “pedang gagang cincin” ini sering ditemukan di sekitar makam-makam dari era Tiga Kerajaan.

Ornamen di dalam cincin juga mencerminkan status sosial pemiliknya. Simbol naga atau burung phoenix dianggap sebagai makhluk pembawa keberuntungan, menyiratkan bahwa pemiliknya mungkin seorang bangsawan.

Karena makna simbolisnya, pedang ini menjadi terbatas pada kepemilikan pribadi dan bukan digunakan sebagai senjata. Namun, penggunaannya menyebar ke kalangan bawah pada awal abad kelima.

Pada era Dinasti Joseon, muncul beberapa pedang yang cukup terkenal di zamannya. Pedang hwando adalah pedang tradisional Joseon yang paling populer dan memiliki bilah bermata satu. Dengan panjang sekitar 70 sentimeter, hwando memiliki bilah yang lurus atau sedikit melengkung.

Selanjutnya, Joseon juga memiliki senjata seremonial yang disebut ingeom atau “pedang harimau”. Selama tahun 1392 hingga 1910, istana kerajaan percaya bahwa pedang ini memiliki kekuatan untuk menangkal kejahatan, mencegah bencana, dan menciptakan damai.

Menariknya, pedang ingeom hanya boleh diproduksi ketika siklus astronomi atau zodiak harimau muncul.

Sam-ingeom. (Museum Istana Nasional Korea)

Sejarah Pedang Korea

Dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan tetangga yang lebih kuat, orang Korea mengembangkan berbagai macam pedang, senjata, dan seni perang. Mereka juga mengadopsi beberapa gaya bertarung dari negara tetangga seperti Kekaisaran Tiongkok dan Jepang.

Tiga Kerajaan Korea (57 SM - 668 M) adalah periode sejarah Korea yang melibatkan tiga kerajaan utama, yaitu Goguryeo, Baekje (Paekche), dan Silla.

Pada masa itu, peperangan terdiri dari prajurit pejalan kaki dengan tombak dan panah penunggang kuda. Selain itu, pedang juga digunakan untuk pertempuran jarak dekat, Bahkan, sebagian besar jenderal dan pemimpin juga merupakan ahli pedang yang terampil.

Menurut Abigail, pedang Korea pertama kali muncul dalam tulisan-tulisan dari dinasti Paekche, yang memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan Jepang.

“Pedang besi dan teknologi pembuatan pedang berasal dari Tiongkok dan kemudian menyebar ke Korea dan Jepang,” jelas Abigail.

Orang Korea lebih menyukai busur, sehingga mereka tidak mengembangkan seni pedang pada tingkat yang sama seperti Kekaisaran Jepang dan Tiongkok. Meskipun demikian, pedang masih mendapatkan tempatnya dalam seni bela diri Korea.

Dalam drama Korea, sering menunjukan bahwa pedang para prajurit dikenakan dengan gagang di bagian depan, faktanya tidak demikian.

Seperti kebanyakan kebudayaan di Asia, termasuk Korea, pedang sering dikenakan di pinggang atau samping dengan gagang di belakang tubuh. Karena pedang tergantung pada tali, arahnya dapat diubah sesuka hati, dan pedang dapat dihunus dengan cepat dari sarungnya.

Pendekar pedang Korea menggunakan pedang mereka dengan satu atau dua tangan, tergantung pada kebutuhan dan kekuatan mereka. 

Teknik dua tangan umumnya memberikan kekuatan yang lebih besar. Namun, teknik satu tangan tetap efisien ketika seorang pendekar pedang menggunakan tangan yang lainnya untuk bertahan. Terkadang mereka menggunakan sarung pedang, untuk menangkis serangan musuh.

“Pada zaman dahulu, pendekar pedang Korea menebas pada sudut yang tepat dan menggunakan kecepatan yang cukup untuk memenggal musuh mereka. Suara tajam yang tipis menandakan bahwa pedang tersebut memiliki sudut yang tepat,” jelas Abigail.

Di era Joseon, para jenderal yang merupakan pembantu dekat raja menggunakan pedang hwando berwarna oranye, sedangkan jenderal dan prajurit biasa memiliki pedang berwarna hitam. 

Pedang terkadang dihiasi dengan emas, perak atau batu giok untuk menekankan nilai artistiknya.

Perbedaan pedang Korea vs Jepang

Pertukaran budaya dan teknologi antara Jepang dan Korea telah mempengaruhi perkembangan seni bela diri dan senjata tradisional di kedua negara. (Met Museum)

Meskipun mendapatkan pengaruh dari negara tetangganya, pedang Korea memiliki perbedaan dibandingkan pedang-pedang Jepang.

Sebagian besar pedang yang digunakan di era Joseon dirancang untuk penggunaan satu tangan. Dalam hal ini berbeda dengan pedang Jepang yang dirancang untuk penggunaan dua tangan.

Pada bilahnya, pedang Korea, terutama hwando, memiliki bentuk yang relatif lurus dibandingkan dengan katana Jepang.

Pedang tradisional Jepang, terutama pedang pendek wakizashi, biasanya memiliki lubang pada tsuba untuk kozuka dan kogai. Beberapa pelindung pedang Korea memiliki lubang yang sama, tetapi hanya sebagai hiasan.

Dalam membawa dan menghunus pendekar pedang Korea membawa pedang mereka dengan ujung tajam menghadap ke bawah. Hal ini berbeda dengan samurai yang mengenakan pedang mereka, terutama katana, dengan ujung tajam menghadap ke atas. 

Pendekar pedang Korea umumnya menghunus pedang mereka dengan cara yang lebih defensif ke atas, tetapi samurai menghunus katana mereka dan menebas musuh dalam satu aksi yang kuat.