Sejarah Perang Salib Anak-Anak: Merebut Tanah Suci Berujung Tragedi

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 14 Januari 2024 | 18:33 WIB
Sejarah Perang Salib Anak-anak terjadi pada tahun 1212. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id - Perang Salib Anak-Anak adalah salah satu peristiwa paling tragis dan menyayat hati dalam sejarah Perang Salib.

Perang Salib ini bukanlah perang salib resmi yang disetujui oleh Gereja Katolik, melainkan merupakan gerakan populer anak-anak Eropa yang percaya bahwa mereka dapat merebut kembali Tanah Suci melalui campur tangan Tuhan. 

Sejarah Perang Salib Anak-Anak terjadi pada tahun 1212. Pesertanya sebagian besar adalah kaum muda berusia antara 6 dan 18 tahun.

Perang Salib Anak-Anak bukanlah suatu peristiwa tunggal, melainkan dua gerakan terpisah yang terjadi di seluruh Eropa pada waktu yang hampir bersamaan.

Salah satu gerakan dimulai di Prancis, ketika seorang anak laki-laki bernama Stephen dari Cloyes mengaku telah menerima pesan dari Yesus Kristus, menyuruhnya untuk mengumpulkan pasukan anak-anak untuk merebut kembali Yerusalem.

Stephen dari Cloyes adalah seorang anak gembala berusia 12 tahun yang tampaknya adalah seorang pembicara publik yang berbakat dalam sejarah Perang Salib.

Dia percaya bahwa Tuhan telah memanggilnya untuk memimpin perang salib ke Tanah Suci. Kemudian, mulai berkhotbah kepada orang lain di desanya tentang misinya.

Pergerakan kedua dimulai di Jerman, seorang anak muda lainnya, Nicholas dari Cologne, juga mengaku telah menerima pesan Ilahi pada tahun 1212.

Nicholas percaya bahwa dia telah menerima penglihatan dari Yesus Kristus, yang mendesaknya untuk memimpin perang salib ke Tanah Suci untuk merebut kembali Yerusalem dari umat Islam.

Dalam catatan sejarah Perang Salib, pesan Nicholas dengan cepat menyebar ke seluruh Jerman. Dia memperoleh banyak pengikut dari anak-anak dan dewasa muda.

Seperti Stephen, Nicholas percaya bahwa Tuhan akan menyediakan kebutuhan tentara salib selama perjalanan mereka sehingga tidak perlu berperang dalam pertempuran apa pun.

Di Prancis, pesan Stephen dengan cepat menyebar. Dia memperoleh banyak pengikut baik dewasa maupun anak-anak, mungkin berjumlah 30.000 orang.

Dia percaya bahwa anak-anak adalah orang yang murni dan polos, dan iman mereka akan membantu mereka mengatasi rintangan dalam perjalanan mereka ke Yerusalem.

Dia berkhotbah bahwa Tuhan akan memberi mereka makanan, air, dan kebutuhan lainnya selama perjalanan mereka.

Namun, Perang Salib Anak-Anak sudah hancur sejak awal. Tentara salib muda tidak siap menghadapi perjalanan sulit menuju Tanah Suci, dan banyak dari mereka meninggal karena kelaparan, kehausan, dan paparan sinar matahari bahkan sebelum mencapai tujuan mereka.

Anak-anak yang bergabung dalam perang salib Stephen berjumlah ribuan. Mereka berangkat dari Prancis menuju Mediterania.

Sayangnya, anak-anak segera menghadapi banyak kesulitan sepanjang perjalanan dan kekecewaan menguasai kelompok tersebut. Hingga pada akhirnya, kelompok tersebut akhirnya dibubarkan, dan perang salib pun berakhir.

Di lain sisi, pengikut Nicholas akhirnya mencapai Mediterania. Mereka percaya bahwa laut akan terbelah sehingga semuanya bisa berjalan menyeberangi Tanah Suci.

Namun, laut tidak terbelah dan Nicholas dengan cepat kehilangan kepercayaan para pengikutnya. Banyak anak memutuskan untuk tinggal di kota Genoa untuk memulai hidup baru.

Adakah yang Berhasil Mencapai Tanah Suci? 

Sayangnya, nasib anak-anak yang membayar kapal untuk mengangkut mereka ke Tanah Suci selama Perang Salib Anak-Anak masih belum jelas. Menurut catatan sejarah Perang Salib, sekelompok pedagang memang menawarkan untuk membawa anak-anak tersebut ke Tanah Suci dengan kapal, tetapi malah dijual sebagai budak di Afrika Utara.

Dipercaya bahwa banyak dari anak-anak tersebut dijual ke pasar budak di Tunisia dan Maroko. Beberapa dari anak-anak tersebut dibeli oleh penguasa Muslim dan masuk Islam.

Yang lainnya dijual kepada keluarga-keluarga kaya. Mereka dipaksa bekerja sebagai pembantu atau buruh. 

Penting untuk dicatat bahwa rincian Perang Salib Anak-Anak sebagian besar didasarkan pada legenda dan cerita rakyat, dan jumlah pasti anak-anak yang berpartisipasi serta nasib mereka tidak terdokumentasi dengan baik.

Akan tetapi, jelas bahwa anak-anak yang membayar kapal untuk mengangkut mereka ke Tanah Suci menjadi sasaran perlakuan dan eksploitasi yang mengerikan, dan perjalanan mereka berakhir dengan tragedi.

Perang Salib Anak-Anak merupakan sebuah bencana dan dampaknya terasa di seluruh Eropa. Gerakan ini telah menginspirasi ribuan anak untuk meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk memulai perjalanan berbahaya yang berakhir dengan tragedi.

Gereja Katolik dikritik karena tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan Perang Salib Anak-Anak, dan banyak orang mulai mempertanyakan otoritas Gereja.

Sejarah Perang Salib Anak-Anak tetap menjadi kisah peringatan tentang bahaya keyakinan buta dan manipulasi terhadap anak-anak.

Para pemimpin gerakan ini mengeksploitasi kenaifan dan kepolosan anak-anak, membuat mereka percaya bahwa hanya dengan keyakinan akan membawa mereka menuju kemenangan.

Hal ini meningkatkan kesadaran akan kerentanan anak-anak dan pentingnya melindungi mereka dari eksploitasi dan pelecehan.