Kisah Pilu Wanrong, Permaisuri Terakhir di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 16 Januari 2024 | 07:00 WIB
Kehidupan dan kematian Permaisuri Wanrong, yang menikah dengan penguasa Kekaisaran Tiongkok terakhir, adalah salah satu penderitaan yang sangat besar. (Public Domain)

Namun pada tahun 1911, revolusi melanda Tiongkok. Dinasti Qing digulingkan, yang mengarah pada pembentukan Republik Tiongkok pada tahun 1912.

Meskipun terjadi gejolak politik, kaisar muda Puyi diizinkan mempertahankan gelarnya. Kaisar remaja itu bahkan diizinkan mengadakan pernikahan di Kota Terlarang – setelah dia memilih pengantin. Puyi diinstruksikan untuk memilih calon istrinya dari sejumlah foto pilihan. Namun karena dia tidak bisa menikahi pilihan pertamanya, seorang gadis berusia 12 tahun bernama Wenxiu.

Akhirnya dengan enggan, Puyi memilih Wanrong, dengan Wenxiu sebagai selirnya.

Wanrong berusia 16 tahun saat itu. Dan remaja itu tidak senang dengan perjodohan tersebut. Saat para kasim dan dayang berbondong-bondong ke sisinya untuk mempersiapkan pernikahannya, Wanrong mundur.

Wanrong memberontak dan tidak senang menikahi seseorang yang belum pernah dia temui sebelumnya.

Meskipun dia enggan, Wanrong dan Puyi menikah pada tanggal 1 Desember 1922. Pasangan itu dibawa berkeliling Beijing dengan kursi sedan yang penuh hiasan sementara ribuan orang menyaksikannya. Ia harus menjalani upacara yang menampilkan Wanrong melangkahi api, pelana, dan sebuah apel sesuai tradisi Manchu.

Namun, ada yang salah sejak awal. Pengantin baru seharusnya menghabiskan malam bersama. Namun alih-alih mewujudkan pernikahannya, Puyi malah kabur dari kamar mereka pada malam hari.

Meskipun awal pernikahannya penuh keberuntungan, Permaisuri Wanrong terus menjalani hidupnya sendiri. Dia menganut modernitas, masakan Inggris, dan jazz, dan bahkan mengadopsi nama Barat Elizabeth yang diambil dari nama Ratu Inggris. Wanrong juga dikenal karena kemurahan hatinya, terutama karena pernah menyumbangkan 600 Yuan untuk membantu korban bencana pada tahun 1923.

Namun kehidupan Permaisuri Wanrong di balik layar bisa jadi sulit. Dia iri pada Wenxiu dan segera mulai menggunakan opium untuk mengatasi sakit perut dan sakit kepala yang semakin parah. Dan tak lama lagi, dia akan menghadapi masalah yang lebih serius dari itu. Pada tahun 1924, kehidupan Wanrong di Kota Terlarang tiba-tiba berakhir.

Keluarga Kekaisaran Tiongkok diasingkan dan disingkirkan dari Kota Terlarang

Pada bulan Oktober 1924, seorang panglima perang bernama Feng Yuxiang mengawasi kudeta. Puyi dan Wanrong kemudian diusir dari Kota Terlarang.

Pasangan kerajaan, bersama dengan Wenxiu, akhirnya menuju Kota Tianjin di bawah perlindungan Jepang. Di sana, ketergantungan Wanrong pada opium mulai tumbuh. Permaisuri senang menghadiri teater, menari, dan berbelanja. Hal-hal yang terakhir ini dia lakukan secara berlebihan sebagai cara untuk bersaing dengan Wenxiu.