Ketika kekaisaran memperluas dan berinteraksi dengan budaya 'barbar' ini, penggunaan celana panjang di wilayahnya malah semakin meningkat. Hal ini terutama di kalangan tentara yang ditempatkan di daerah ebih dingin dan mereka yang sering berinteraksi dengan suku yang memakainya.
Seorang tentara Romawi yang ditempatkan di provinsi yang lebih dingin, mengenakan celana panjang. Kepraktisannya tidak dapat disangkal, menawarkan kehangatan dan mobilitas. Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas mereka, kontroversi seputar mereka juga meningkat.
Bagi Honorius dan elit Romawi, semakin populernya celana mencerminkan terkikisnya nilai-nilai dan identitas tradisional Romawi.
Celana tersebut dipandang sebagai simbol pengaruh asing, pengingat akan kerentanan kekaisaran dan budaya 'barbar' yang melanggar batas.
Dengan melarang mereka, Honorius bertujuan untuk memperkuat identitas Romawi yang berbeda dan menarik garis yang jelas antara kekaisaran dan musuh-musuh eksternalnya.
Rincian larangannya jelas: celana dilarang di kota Roma dan, lebih jauh lagi, di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi Barat.
Mereka yang ditemukan melanggar akan menghadapi hukuman, mulai dari denda hingga hukuman yang lebih berat.
Keputusan Honorius yang melarang penggunaan celana mendapat reaksi beragam di seluruh Kekaisaran Romawi Barat.
Di jantung kota Roma, di mana nilai-nilai dan penampilan tradisional dijunjung tinggi, banyak faksi elit dan konservatif memuji keputusan tersebut. Mereka memandangnya sebagai langkah penting untuk melestarikan cara hidup Romawi dan mengekang pengaruh budaya asing.
Bagi mereka, larangan tersebut merupakan penegasan kembali superioritas Romawi dan penolakan terhadap adat istiadat 'barbar'.
Namun, di provinsi-provinsi kekaisaran yang jauh dan di kalangan kelas bawah, respons yang diberikan kurang antusias.
Banyak yang menganggap larangan ini tidak praktis, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dingin di mana celana panjang bukan hanya sekedar pilihan fesyen namun juga sebuah kebutuhan.
Para prajurit, yang telah menggunakan celana untuk digunakan di berbagai medan dan iklim, merasa tidak puas. Mereka memandang dekrit tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi di perbatasan.
Menegakkan larangan tersebut merupakan tantangan lain. Meskipun di Roma dan kota-kota besar, para pejabat dapat memantau dan memberikan sanksi kepada mereka yang mengenakan celana panjang, namun di wilayah kekaisaran yang luas, penegakan hukum yang konsisten hampir mustahil dilakukan.
Pejabat lokal yang memahami ketidakpraktisan dan potensi kerusuhan yang ditimbulkan oleh larangan tersebut, sering kali menutup mata.
Selain itu, luasnya kekaisaran dan keragaman penduduknya membuat pendekatan universal tidak dapat dipertahankan. Seiring berjalannya waktu, meskipun keputusan tersebut tetap berlaku di atas kertas, penegakannya semakin berkurang dalam sejarah Romawi kuno.
Kepraktisan dalam kehidupan sehari-hari, ditambah dengan tantangan-tantangan yang lebih luas yang dihadapi kekaisaran, menjadikan pelarangan penggunaan celana dalam daftar prioritas lebih rendah di sejarah Romawi kuno.