Sejarah Dunia: Elizabeth Bathory dan Pembunuhan Berantai 600 Wanita

By Sysilia Tanhati, Rabu, 17 Januari 2024 | 09:00 WIB
Dalam sejarah dunia, Elizabeth Bathory dikenal sebagai pembunuh berantai yang haus darah. Ia dipercaya telah membunuh sebanyak 600 wanita. (Wikimedia Commons)

Kekerasan Bathory memuncak di benteng besar lainnya. Sisa-sisa Kastel Cachtice yang hancur kini menjadi objek wisata yang menakutkan. Kastel itu menjulang di atas Kota Cachtice di Slovakia barat.

Bathory pindah ke Cachtice pada tahun 1604 setelah suaminya meninggal. Kisah kebenciannya terhadap staf tersebar luas sehingga keluarga setempat menyembunyikan putri mereka dari pekerjaannya, ungkap Tony Thorne. Thorne adalah penulis buku Countess Dracula: The Life and Times of Elizabeth Bathory.

Apa yang akhirnya melemahkan countess tersebut adalah rumor pelecehan yang dilakukannya kepada para korban, kata Rachael Bledsaw, staf pengajar di departemen sejarah di Highline College.

“Membunuh budak dan pelayan, yang memang memiliki lebih sedikit hak, adalah tindakan yang tidak senonoh tetapi tidak ilegal bagi seorang bangsawan,” kata Bledsaw.

“Membunuh sesama bangsawan, bahkan yang berpangkat lebih rendah, adalah masalah yang jauh lebih serius. Dan ini bukan masalah yang bisa diabaikan.”

Akhirnya, pada tahun 1610, penyelidikan dimulai terhadap puluhan kematian dan kasus orang hilang yang mencurigakan di Cachtice. Penyelidikan ini dilakukan atas perintah Matthias II, Raja Hungaria.

Dengan kesaksian puluhan saksi, Bathory ditangkap dan dipenjarakan di Kastel Cachtice atas pembunuhan 80 wanita muda, kata Bledsaw. Beberapa saksi memperkirakan jumlah korbannya lebih dari 600.

Namun Bathory tidak pernah dihukum dan suaminya tidak dapat dituntut dari kuburnya. Sebaliknya, empat pelayan Bathory dihukum karena melakukan kekerasan terhadap perempuan muda di istananya.

Sementara itu, Bathory tetap terkurung di penjaranya yang luas sampai dia meninggal pada tahun 1614, pada usia 54 tahun.

Kastel ini terus ditempati oleh kaum bangsawan selama hampir satu abad setelahnya. Saat ini, pengunjung dapat mengikuti tur berpemandu ke situs terkenal tersebut.

Meskipun kisah Bathory menghantui Cachtice selama beberapa generasi setelah kematiannya, kisah tersebut baru mendapat perhatian lebih luas pada tahun 1744 ketika diceritakan kembali dengan detail yang mengerikan dalam sebuah buku tentang sejarah Hungaria yang ditulis oleh pendeta Jesuit László Túróczi, kata Thorne. Legenda abadi sang countess sebagian besar terinspirasi oleh kisah sensasional ini.

Apakah Elizabeth Bathory benar-benar merupakan seorang aristokrat yang haus darah?