Tantangan Industri Pariwisata Gunung Demi Menarik Wisatawan Lokal

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 17 Januari 2024 | 15:21 WIB
Mendaki gunung merupakan kegiatan luar ruang yang cukup populer. Industri pariwisata gunung punya banyak potensi di Indonesia, namun minatnya masih rendah. Solusinya: kolaborasi. (Freepik)

Nationalgeographic.co.id—Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) merayakan ulang tahun kedelapan pada 15 Januari 2024 kemarin di Matraman, Jakarta Timur. Rahman Mukhlis, Ketua Harian Dewan Pengurus Pusat APGI merefleksikan kegiatan dan prestasi yang diraih selama delapan tahun belakangan.

"Jadi poin penting juga, asosiasi baru delapan tahun tetapi, yang cukup signifikan, karena dari bertiga (anggotanya) kemudian berlima, bersepuluh, kira-kira sekarang sampai 2.078 orang," terang Rahman. "Proses ini yang harus kita lanjutkan tidak berhenti sampai di sini."

Dalam perhelatan kali ini, APGI merayakan ulang tahunnya di berbagai kantor pengurus di daerah seperti Yogyakarta dan Makassar. Dengan demikian, rasa kebersamaan setiap anggota APGI masih berjalin.

APGI, sebagai organisasi pemandu gunung, selama delapan tahun telah membuka peluang kegiatan pariwisata pendakian gunung. Ada banyak pemandu gunung yang telah disertifikasi untuk mengedepankan pariwisata gunung di Indonesia yang berkualitas.

"Tantangan makin kompleks. Jadi, harapannya buat semua teman-teman semua dan anggota usia yang muda-muda jangan malu, jangan sungkan untuk ambil kesempatan," imbau Rahman. "Saya juga ketika ikut awal-awal mendirikan APGI yang paling muda, kemudian berproses terus, ikut belajar dengan senior-senior, [lalu] jadi pengurus, jadi instruktur, dan jadi asesor."

Ia melanjutkan, penting bagi setiap anggota APGI untuk mengembangkan diri. Beberapa anggota dari APGI adalah operator tour pariwisata pendakian yang dinilai bisa menjadi tempat mengembangkan kemampuan bagi anggota lainnya.

Selain itu, setiap anggota bisa saling bekerja sama untuk menawarkan produk baru yang menarik, demi menghidupkan pariwisata Indonesia, seperti rute-rute baru.

Ketua Bidang Tour Inbound & Domestic Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Heben Ezer mengungkapkan, perkembangan pariwisata Indonesia harus mengetahui potensi yang ada. Selama ini, ada banyak atraksi yang menarik yang terlewatkan, namun memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara.

Kini, pendakian gunung tidak sesulit itu

Heben mengetakan, APGI membuka peluang baru pariwisata dengan potensi pendakian gunung. Sebelumnya, sebelum dekade 1990-an, gunung bukanlah tempat wisata yang menarik dan hanya melelahkan.

Meski kegiatan wisata pendakian gunung berkembang di Indonesia dewasa ini, peminatnya masih sedikit. "Jadi saya sampaikan bahwa kita perlu kolaborasi sebetulanya. Kalau saya pelajari, di luar negeri wisata gunung d Eropa itu jadi tren. Sudah hal biasa dilakukan," seru Heben.

Hanya saja, kegiatan pendakian selalu dianggap sebagai kegiatan yang melelahkan dan berbahaya. Padahal, dengan ketersediaan paket wisata dan pemandu gunung, pendakian lebih dimudahkan.

Selain dianggap melelahkan dan berbahaya, tantangan pariwisata gunung juga muncul dari tantangan pariwisata umumnya di Indonesia. Transportasi akses pariwisata lebih mahal di dalam negeri ketimbang ke luar negeri.

Belum lagi, perkembangan kebudayaan di luar negeri juga menarik masyarakat Indonesia untuk bisa berwisata ke luar negeri. Menjawab tantangan ini, pegiat pariwisata, khususnya pendakian gunung, perlu berkolaborasi dengan pihak lainnya seperti membangun rute perjalanan baru. 

Heben menyayangkan, Indonesia memiliki banyak gunung. Daya tariknya bahkan memikat pelancong dari luar negeri. Hanya saja, ketersediaan wisata pendakian gunung belum mantap. Promosi yang memberi kesan pendakian gunung ramah buat berbagai kelompok di dalam negeri pun kurang dikenal.

"Menurut saya, kita perlu membangun generasi yang cinta kepada mountain tourism. Oleh karena itu, kita perlu membangun generasi yang cinta dengan alam. Insya Allah, teman-teman berkolaborasi ASPINDO dan APGI untuk membuat semacam outdoor tourism, kemasan adventure yang dibuat-buat bukan dengan penderitaan, tetapi enjoyable, fun!" tukas Heben.