Sisi Lain Plato, Filsuf Pernah Jadi Pegulat di Sejarah Yunani Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 30 Januari 2024 | 07:13 WIB
Plato adalah filsuf asal Yunani yang berpengaruh dalam sejarah dunia. (Public domain)

Plato tinggal di Athena Yunani dari tahun 427 – 347 SM. Meskipun Plato menghabiskan sebagian hidupnya untuk bepergian, sebagian besar hidupnya dihabiskan di Athena, Yunani. Dia kembali ke rumah setelah merasa muak dengan gaya hidup dekaden yang dia lihat di tempat lain.

Athena adalah tempat dia dilahirkan dan meninggal. Diduga ia meninggal di hari yang sama saat ia dilahirkan, dalam tidurnya pada usia 81 tahun. Saat ini, Athena masih menjadi ibu kota Yunani.

Plato berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh. Keluarga ibu Plato memiliki koneksi yang baik secara politik, dan memiliki hubungan dekat dengan Solon, salah satu dari tujuh orang bijak, sekelompok orang bijak yang terkenal. Keluarga ayah Plato adalah keturunan raja Athena yang bernama Codrus, yang diyakini merupakan keturunan dewa Poseidon.

Sebagai seorang pemuda, Plato unggul dalam studinya. Dia juga merupakan seorang pegulat. Lahir pada masa perang Peloponnesia, yang terjadi antara Athena dan Sparta antara tahun 431 – 405 SM, Plato bertugas di ketentaraan antara tahun 409 dan 404 SM. 

12 Tahun Bepergian ke Mesir dan Afrika Utara

Setelah kematian Socrates, Plato meninggalkan Athena dan selama 12 tahun ia melakukan perjalanan dan mempelajari sains, matematika, dan filsafat.

Dia akhirnya kembali ke Yunani dan mendirikan sekolahnya. Ia bukanlah filsuf Yunani pertama yang belajar di Mesir, karena Pythagoras, yang meninggal 70 tahun sebelum Plato lahir, juga belajar di Mesir dan menghabiskan 22 tahun di sana. Rupanya, Pythagoras belajar berbicara bahasa Mesir dari Firaun, dan belajar dari pendeta Mesir.

Socrates secara luas dianggap sebagai filsuf di Athena ketika Plato masih kecil, dan Plato menjadi murid Socrates ketika masih sangat muda.

Karena Socrates tidak pernah menulis apa pun, sebagian besar yang kita ketahui tentang Socrates adalah karena Plato yang menghasilkan serangkaian buku tentang Socrates. Akhirnya Socrates terpaksa meminum hemlock karena merusak generasi muda, ketika ia dianggap sebagai ancaman bagi kemapanan.

Plato lebih suka mengungkapkan gagasannya dengan mengajak tokoh-tokohnya mendiskusikannya dalam tulisannya. Misalnya, dalam bukunya Phaedo, Plato menyajikan teorinya sebagai dialog antar tokoh, antara lain Socrates, Simmias, Cebes, dan narator Phaedo.

Plato dan Gambaran Peradaban Atlantis

Dalam serangkaian dua dialog Sokrates berjudul Timaeus and Critias, keduanya ditulis pada tahun 363 SM, Plato menggambarkan peradaban Atlantis yang hilang.