Kerasnya Hidup Menjadi Helot, Budak Negara di Sejarah Yunani Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 1 Februari 2024 | 13:00 WIB
Di sejarah Yunani kuno, Helot adalah budak milik negara-kota Sparta. (Wikimedia commons)

Namun, terlepas dari kerasnya keberadaan mereka, Helot berhasil menciptakan keadaan yang normal.

Mereka tinggal dalam unit keluarga, membesarkan anak-anak, dan bahkan mempraktikkan ritual keagamaan, meskipun di bawah pengawasan tuan Spartan mereka.

Helot juga melakukan berbagai tugas lain yang dianggap Spartiates di bawah mereka. Hal ini termasuk pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan, dan bahkan mengasuh anak-anak Spartiate.

Meskipun suku Helot pada dasarnya adalah buruh tani, peran mereka tidak berhenti di ladang dan padang rumput di Laconia dan Messenia.

Mereka juga diwajibkan dalam dinas militer, tetapi tidak setara dengan Spartiates. Sebaliknya, mereka bertugas dalam peran tambahan, sebagai pembantu, pembawa baju besi, dan kadang-kadang bahkan sebagai infanteri ringan.

Dinas militer ini adalah pedang bermata dua bagi Helot. Di satu sisi, hal ini membuat mereka menghadapi bahaya dan kesulitan yang luar biasa. Namun juga menawarkan kesempatan langka karena Helot yang unggul dalam pertempuran terkadang bisa mendapatkan kebebasan, meskipun kejadian seperti itu sangat jarang terjadi.

Keterlibatan militer Helot bukan hanya masalah kebutuhan praktis tetapi juga risiko yang sudah diperhitungkan oleh pihak Sparta

Pemberontakan dan Perlawanan Helot

Meskipun ada mekanisme opresif yang membuat mereka tetap tunduk, Helot kadang-kadang bangkit melawan tuan Sparta mereka, memanfaatkan momen-momen kerentanan untuk menantang sistem yang mengikat mereka.

Dalam sejarah Yunani kuno terdapat salah satu pemberontakan yang paling menonjol terjadi setelah gempa bumi dahsyat di Sparta, sekitar tahun 464 SM.

Bencana tersebut tidak hanya mendatangkan malapetaka di kota tetapi juga memberikan kesempatan langka bagi Helot untuk memberontak. 

Memanfaatkan momen tersebut, mereka melancarkan pemberontakan besar-besaran, menimbulkan kekhawatiran  dan mengharuskan Sparta mencari bantuan eksternal untuk memadamkan pemberontakan.

Meskipun pemberontakan tersebut akhirnya berhasil dipadamkan, pemberontakan ini meninggalkan bekas permanen pada jiwa kolektif Sparta dan menyebabkan beberapa perubahan dalam cara pengelolaan Helot.

Ketakutan akan pemberontakan Helot begitu meluas sehingga mempengaruhi kebijakan luar negeri Sparta, strategi militer, dan pemerintahan dalam negeri.

Bangsa Sparta sering kali ragu-ragu untuk melakukan kampanye militer jangka panjang jauh dari rumah, karena takut Helot akan memberontak jika mereka tidak ada.