Nationalgeographic.co.id—Jerome Kerviel lahir pada 11 Januari 1977 dan besar di Pont-l'Abbé, Prancis. Ibunya bekerja sebagai penata rambut, dan ayahnya adalah seorang pandai besi.
Jerome menyelesaikan gelar sarjananya di University of Nantes pada tahun 1999. Dia kemudian lulus dengan gelar master di bidang keuangan dari Lumiere University di Lyon, Prancis.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mulai bekerja di Société Générale Bank of France. Posisi pertamanya di perusahaan adalah di departemen kepatuhan, tetapi pada tahun 2005 ia pindah ke di divisi Delta One.
Divisi Delta One adalah divisi yang memperdagangkan derivatif ekuitas, perdagangan algoritmik, bursa, ETF, dan investasi perangkat lunak. Di sana Jerome bekerja sebagai penjual atau trader derivatif junior.
Peran Kerviel adalah memanfaatkan perbedaan harga antara derivatif ekuitas dan harga pasar saham yang menjadi dasar derivatif tersebut. Dia biasa menerima gaji miliaran rupiah per tahun di sini.
Jerome Kerviel sangat ingin menjadi kaya. Dia memiliki pengetahuan komputer yang luas. Dia dikalahkan oleh bakatnya.
Jerome memulai perdagangan arbitrase menggunakan dana perusahaan, memanfaatkan kelemahan sistem, meskipun perusahaan tetap tidak menyadarinya. Dia awalnya menghasilkan banyak uang dengan melakukan hal ini. Dia menghasilkan sekitar 73 miliar dolar AS atau Rp1,15 kuadrilun dalam perdagangan dalam setahun dan jadi kaya.
Namun ia kemudian menderita kerugian akibat tindakan pemalsuannya. Dan akhirnya pemalsuannya itu ditemukan oleh Société Générale pada 19 Januari 2008.
Akibat manipulasi dana bank yang dilakukan Jerome sepanjang tahun, Société Générale mengalami kerugian sebesar 7,2 miliar dolar AS. Pada tahun 2008, Jerome dituduh melakukan pemalsuan, pelanggaran kepercayaan, dan penggunaan komputer tanpa izin.
Jerome dijatuhi hukuman 3 tahun pada tahun 2015. Dia kini telah keluar dari penjara setelah menjalani hukumannya dan berusaha untuk mengembalikan hidupnya ke jalur yang benar tetapi hutangnya tetap ada.
Kini Jerome Kerviel telah meninggalkan penjara untuk menjalani sisa hukumannya dengan mengenakan tanda elektronik.
“Saya ingin membangun kembali hidup saya,” kata Kerviel kepada wartawan saat meninggalkan penjara Fleury Merogis, selatan Paris. Saat meninggalkan penjara, umurnya sudah 37 tahun.