Pecahan-pecahan Kekaisaran Mongol Mengadopsi Islam sebagai Agama Resmi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 1 Februari 2024 | 17:00 WIB
Ghazan Khan, pemimpin Kekaisaran Mongol untuk Gerombolan Emas, sedang membaca Al-Qur'an. Pecahan-pecahan Kekaisaran Mongol di barat segera mengadopsi Islam sebagai agama resmi.
Ghazan Khan, pemimpin Kekaisaran Mongol untuk Gerombolan Emas, sedang membaca Al-Qur'an. Pecahan-pecahan Kekaisaran Mongol di barat segera mengadopsi Islam sebagai agama resmi. (Staatsbibliothek Berlin/Schacht )

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan beragama di Kekaisaran Mongol sangat toleran dengan diperkenankan rumah ibadah dari berbagai agama. Toleransi ini turut pula menjadikan agama Islam berkembang dalam sejarah abad pertengahan.

Bahkan, ketika kekuasaan Mongol terpecah menjadi empat bagian, kaisar atau khan mereka perlahan memeluk agama Islam. Menurut para sejarawan, dunia Islam pertama kali diperkenalkan ke bangsa Mongol sejak kepemimpinan Genghis Khan (berkuasa 1206—1227). Gelombang kedatangan ini berlangsung antara tahun 1222 dan 1254.

Salah satu buktinya, kunjungan Willem van Ruysbroeck ke Karakorum, ibu kota Kekaisaran Mongol pada 1254. Dia menyaksikan tujuh kuil "penyembah berhala" yang mungkin adalah kuil Buddha, Hindu, dan Taoisme, serta dua masjid.

Jack Weatherford lewat bukunyaGenghis Khan and the Making of the Modern World mengungkapkan, Willem disambut oleh Mongke Khan, kaisar agung keempat Mongol. Di sana, Mongke Khan meminta para pemimpin agama Islam, Buddha, dan Kristen memperkenalkan ajarannya masing-masing.

Para sejarawan abad pertengahan memperkirakan, Islam diadopsi Kekaisaran Mongol karena penduduknya yang menjalin perdagangan dengan peradaban Islam dari Jalur Sutra. Ada pula faktor politik seperti Perang Salib yang sedang panas dalam sejarah abad pertengahan.

Awal mula bangsa Mongol dan dunia IslamKetika menginvasi Asia Tengah dan Afganistan, Kekaisaran Mongol memberikan perhatian terhadap agama yang dibawa Nabi Muhammad ini diberikan. Genghis Khan, dikisahkan, menyetujui ajaran Islam di kekaisarannya, kecuali haji yang dianggap tidak perlu.

Amy Chua dalam buku Day of Empire: How Hyperpowers Rise to Global Dominance – and Why They Fall, Genghis Khan juga dikenal sebagai tempat perlindungan umat muslim Asia Tengah. Disebutkan bahwa utusan muslim pernah datang meminta suaka Genghis Khan dari penganiayaan agama yang terjadi di Kara Khitai (Dinasti Liao Barat).

Kara Khitai adalah kerajaan serumpun bangsa Mongol. Oleh Genghis Khan, kerajaan ini ditaklukkan dengan kampanye militer 1216–1218. Chua mencatat, Genghis Khan segera menyerukan kebebasan beragama di negerinya. 

Kaisar-kaisar berikutnya di Kekaisaran Mongol, khususnya di Dinasti Yuan, kemudian melarang praktik-praktik Islam yang dinilai bertentangan dengan agama tradisional mereka, tengrisme. Salah satu yang dilarang adalah penyembelihan secara halal yang dianggap memaksa metode tradisional bangsa Mongol dalam penyembelihan.

Praktik ini diatur Genghis Khan sekitar 1279 atau 1280. Pengamat keagamaan Johan Elverskog dalam buku Buddhism and Islam on the Silk Road menyebutkan, demi mengakali praktik penyembelihan halal, orang Islam melakukan penyembelihan termasuk iduladha secara rahasia.

Meski terdengar toleran terhadap agama lain, Genghis Khan memperhitungkan ajaran agama lain. Elverskog mencatat, Genghis Khan menganggap umat Muslim dan Yahudi sebagai "budak". Oleh karena itu, tidak patut mereka menuntut metode halal atau makanan kosher. Praktik sunat juga dilarang semasa kaisar bernama asli Temujin ini.

Di bawah Pax Mongolica, Islam tersebar luasDalam sejarah abad pertengahan, Kekaisaran Mongol meluas menguasai Jalur Sutra yang menghubungkan dunia barat dan timur dunia. Penguasaan ini juga termasuk berperang dengan kerajaan lain, termasuk Kekaisaran Abbasiyah.