Badai Es dalam Sejarah Dunia yang Bunuh Ribuan Prajurit Inggris

By Galih Pranata, Rabu, 7 Februari 2024 | 14:00 WIB
Edmund Evans mengukir di kanvas tentang 'chronicles of England' menggambarkan Edward III yang meminta perdamaian. (Wikimedia Commons)

"Angin kencang disertai dengan hujan es dalam ukuran besar yang membekukan mulai menghujani mereka," imbuhnya. Dan hanya dalam waktu setengah jam itu, lebih dari 1.000 prajurit dan 6.000 kuda tewas sebelum berperang.

Semua merasakan kehancuran, seperti kiamat tengah menghukum mereka saat itu juga. Habis babak belur dihantam badai es. Di antara para pemimpin Inggris yang terluka adalah Sir Guy de Beauchamp II.

Ia merupakan putra sulung dari Thomas de Beauchamp, Earl of Warwick ke-11. Saat itu, ia mengalami luka parah di kepala dan dia meninggal karena luka-lukanya itu dua minggu setelahnya.

Litograf Raja Edward III menghitung prajurit yang mati di medan perang Crécy. (Wikimedia Commons)

Raja Edward III yakin bahwa badai itu adalah pertanda dari Tuhan. Dilaporkan bahwa pada klimaks badai, dia turun dari kudanya dan berlutut, mengucapkan sumpah perdamaian ke arah Katedral Chartres.

Tak lama setelah badai dahsyat itu, keesokan harinya, Androuin de La Roche tiba di kamp Inggris dengan membawa proposal perdamaian. Edward yang tercerahkan mengaku setuju dengan nasihat dari ajudan terpercayanya Henry dari Grosmont, Adipati Lancaster ke-1.

Setelah badai terjadi, ia bergegas mengupayakan perdamaian dengan Prancis, dan pada tanggal 8 Mei 1360, ia menandatangani Perjanjian Brétigny, setuju untuk melepaskan klaimnya atas takhta Prancis dengan imbalan kedaulatan atas sebidang tanah yang luas di Prancis Utara.

Prancis juga membayar sejumlah besar uang untuk pembebasan raja mereka, John II, yang ditawan di Inggris. Perjanjian tersebut menandai berakhirnya fase pertama Perang Seratus Tahun.

Namun perdamaian itu tidak bertahan lama. Sembilan tahun berselang, perang kembali pecah ketika raja Prancis menuduh Edward tidak menepati perjanjian tersebut. Fase terakhir Perang Seratus Tahun akhirnya berakhir pada tahun 1453.

Meskipun badai Black Monday telah membawa perdamaian sementara setelah perang selama beberapa dekade, dampaknya sangat menghancurkan. Badai yang luar biasa ini menyebabkan lebih banyak korban jiwa dari kalangan militer Inggris.

Jumlah kerugian dan kekalahan dari pasukan perang Inggris ini lebih banyak jika dibandingkan dengan pertempuran-pertempuran sebelumnya yang memakan waktu. Mereka takluk hanya dalam waktu setengah jam saja, dan sejarah dunia mengukirnya!