Nationalgeographic.co.id—Dua tahun lalu, sekelompok penelitian sedang mempelajari batu-batu besar di dekat pantai kecil. Saat sedang mengamati jejak geologis ini, mereka justru menemukan situs jejak kaki yang tampaknya sudah sangat lama terekam di atas bebatuan yang memadat.
Jejak kaki itu berada di pesisir Maroko. Peneliti yang dipimpin oleh Mouncef Sedrati, profesor dinamika pesisir dan geomorfologi di University of Southern Brittany, segera meneliti jejak kaki tersebut. Ternyata, jejak kaki ini berasal dari 90.000, ketika leluhur manusia menjelajahi pesisir.
"Di sela-sela pasang surut, saya berkata kepada tim saya bahwa kita harus pergi ke utara untuk menjelajahi pantai lain," kenang Sedrati. "Kami terkejut menemukan jejak pertama. Awalnya, kami tidak yakin itu adalah jejak kaki, tetapi kemudian kami menemukan jejak lainnya.
Laporan Sedrati dan tim dipublikasikan di jurnal Scientific Reports bertajuk "A Late Pleistocene hominin footprint site on the North African coast of Morocco". Makalah itu baru dipublikasikan pada 23 Januari 2024.
Dilansir dari LiveScience, para peneliti mengagumi bagaimana jejak ini masih lestari meski iklim telah berganti selama puluhan ribu tahun. Jejak kaki ini terjaga disebabkan berbagai faktor, termasuk letak pantai dan jangkauannya dari pasang surut.
Sedrati menjelaskan, kondisi pantai di tempat jejak kaki ditemukan ini berada pada medan berbatu yang tertutup sedimen tanah liat.
"Sedimen ini menciptakan kondisi yang baik untuk melestarikan jejak di gundukan pasir sementara air pasang dengan cepat mengubur pantai. Itu sebabnya jejak kaki terpelihara dengan baik di sini," jelasnya.
Jejak kaki kuno milik siapa?Secara keseluruhan, para peneliti mencatat ada 85 jejak kaki manusia dengan usia yang sama di Maroko. Jejak kaki ini milik sekelompok orang dari 90.000 tahun yang lalu. Diperkirakan, jejak kaki di pesisir ini berhubungan dengan proses migrasi manusia.
Hal ini menimbulkan pertanyaan siapa pemilik jejak kaki ini. Untuk mengetahuinya, para peneliti melakukan penanggalan pendaran yang distimulasi secara optik, cara untuk menentukan kapan mineral tertentu terpapar panas matahari.
Dari teknik ini, tersingkap bahwa pemilik jejak itu adalah Homo sapiens, manusia modern. Berdasarkan usia butiran halus kristal kuarsa yang membentuk sebagian besar pasir pantai yang landai di sana, Homo sapiens berjalan di sini berkali-kali.
Keberadaan orang-orang kuno itu di pantai ini terjadi selama Pleistosen Akhir atau zaman es terakhir. Ada berbagai ukuran jejak kaki manusia yang menunjukkan bahwa komunitas Homo sapiens yang hilir mudik di sini adalah anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa kelompok ini adalah "multigenerasi".
Hanya saja, para peneliti masih belum mengetahui pasti apa yang dilakukan oleh sekelompok manusia di pantai tersebut. Jejak ini hanya memberikan gambaran bahwa keberadaan manusia modern sudah ada di sana saat permukaan air laut lebih surut daripada hari ini.
Sedrati dan tim memperkirakan bahwa sekelompok leluhur manusia modern ini sedang "melakukan perjalanan melalui semenanjung Sinai sebelum bergerak ke utara menuju lanskap dengan iklim Mediterania".
Afrika adalah benua asal spesies Homo sapiens yang berkembang sekitar 300.000 tahun silam. Gelombang migrasi generasi pertama yang meninggalkan Afrika diperkirakan sudah terjadi 100.000 tahun setelahnya, berdasarkan di Syam dan Yunani.
Pada 2020, para ilmuwan juga menemukan jejak kaki manusia di Gurun Nefud, Arab Saudi yang usianya 120.000 tahun. Artinya, usia perpindahan ini sudah lebih tua ketimbang jejak kaki di Maroko. Usaha perpindahan manusia meninggalkan Afrika terbilang sedikit lebih lambat.
Pada kasus di pesisir Maroko ini, para ilmuwan yang ingin mengetahui aktivitas lebih dalam dari pemilik jejak kaki ini harus bertindak cepat. Pasalnya, Sedrati dan tim melihat kondisi bidang di pasir berbatu ini sedang menghadapi kehancuran, termasuk jejak kaki kuno ini.
"Kami harap dapat mengetahui sejarah keseluruhan kelompok manusia ini dan apa yang mereka lakukan di sana," tutur Sedrati.