Nationalgeographic.co.id—Jika berkaca pada fanatisme sepak bola, kericahuan dari rivalitas selalu tercipta di atas lapangan hijau. Indonesia melawan Malaysia misalnya, suasana panas akan tersaji selama 90 menit.
Atau juga laga Real Madrid melawan Barcelona yang kerap kali dihias dengan kericuhan akibat rivalitas yang membuat tegang selama laga berlangsung. Namun, laga sepak bola hanyalah soal profesionalitas. Jabat tangan dan peluk menjadi ritus penutupnya.
Akan tetapi, berbeda halnya dengan laga satu itu. Kala itu, tim sepak bola bertetangga, Honduras dan El Salvador bertemu dalam pertandingan kandang dan tandang pada bulan Juni 1969, untuk lolos ke Piala Dunia FIFA 1970.
Persaingan di lapangan menjadi representasi dari ketegangan di kehidupan nyata yang disebabkan oleh perlakuan buruk Honduras terhadap imigran yang melintasi perbatasan dari El Salvador yang lebih padat penduduknya.
Saat pertandingan tersebut berlangsung, suasananya hubungan bilateral antar keduanya memburuk dari ketegangan yang sudah ada sebelumnya.
"Alih-alih sepak bola bertindak sebagai proksi perang, perang sesungguhnya malah bertindak sebagai proksi untuk sepak bola," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikelnya Weirdest and Pettiest Causes of Wars and Diplomatic Disputes, terbitan 8 November 2023.
Pertandingan pertama, yang dimainkan di Honduras dimenangkan oleh tim tuan rumah 1-0, diwarnai oleh perkelahian antar suporter yang menyebabkan beberapa tewas. Hal itu berdampak pada seorang gadis El Salvador yang bunuh diri karena berduka atas kehilangannya.
Kematian gadis itu seolah menjadi pahlawan wanita yang populer, sehingga pemakamannya yang disiarkan di televisi meningkatkan emosi dan memperburuk perselisihan. El Salvador akan membalaskan dendamnya di leg kedua.
Pada laga berikutnya, El Salvador memenangkan leg kedua. Dengan bermain di kandang sendiri, mereka memenangkan laga atas Honduras dengan skor 3-0. Fans bertengkar sekali lagi, dan beberapa warga Honduras terbunuh.
Sebagai pembalasan, penduduk lokal di Honduras melancarkan serangan terhadap imigran El Salvador. Honduras melakukannya lagi, ketika El Salvador memenangkan pertandingan tiebreak terakhir yang dimainkan di Meksiko pada 27 Juni 1969. El Salvador menang dengan skor 3-2.
Hal ini menambah perselisihan menjadi sebuah krisis yang semakin teruk, dan pemerintah El Salvador memutus hubungan diplomatik sebagai protes atas perlakuan buruk terhadap warga El Salvador di Honduras.
Dua minggu kemudian, pada tanggal 14 Juli 1969, militer El Salvador bergerak ke Honduras. Pada sore harinya, aksi militer terpadu dimulai. Angkatan Udara El Salvador menggunakan pesawat penumpang dengan bahan peledak diikatkan di sisinya sebagai pembom, menyerang sasaran di Honduras.
Tentara El Salvador yang lebih besar melancarkan serangan besar-besaran di sepanjang dua jalan utama yang menghubungkan kedua negara dan menyerbu Honduras. Namun momentum kemajuan tersebut tidak bertahan lama.
Angkatan Udara Honduras bereaksi. Mereka melakukan serangan balasan ke pangkalan udara El Salvador, Ilopango. Pembom Honduras menyerang untuk pertama kalinya pada pagi hari tanggal 16 Juli 1969.
Sasaran serangan udara Honduras mencakup fasilitas minyak seperti yang ada di Cutuco. Dan pada malam harinya, tiang asap besar muncul di garis pantai El Salvador dari depot minyak yang terbakar setelah dibom.
Pemerintah Honduras meminta Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) untuk campur tangan, karena khawatir Tentara El Salvador yang mendekat akan menyerbu ibu kota Tegucigalpa yang sangat vital.
Akhirnya, OAS bertemu dalam sesi mendesak pada tanggal 18 Juli dan menyerukan gencatan senjata. Pada saat gencatan senjata diumumkan pada tanggal 18 Juli 1969, sekitar 900 warga El Salvador, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh.
Sementara di pihak Honduras, mereka kehilangan sekitar 250 tentara yang tewas, ditambah dengan 2000 warga sipil. Sekitar 300.000 warga El Salvador menjadi pengungsi, setelah mereka terpaksa meninggalkan Honduras.
El Salvador menarik pasukannya pada tanggal 2 Agustus 1969. Ada tekanan besar dari OAS, yang mengancam dampak yang melemahkan jika El Salvador terus menolak penarikan pasukan mereka dari Honduras.
Honduras menjamin Presiden El Salvador, Fidel Sánchez Hernández untuk mendorong pemerintah Honduras memberikan keamanan yang memadai bagi warga El Salvador yang masih tinggal di Honduras.
Setelah memenangkan laga menentukan dengan Honduras dalam Kualifikasi Piala Dunia, El Salvador bermain di Piala Dunia 1970. Namun El Salvador tersingkir setelah kalah dalam tiga pertandingan pertamanya melawan Uni Soviet, Meksiko dan Belgia.
Krisis bilateral benar-benar diselesaikan. Sebelas tahun setelah konflik, kedua negara menandatangani perjanjian damai di Lima, Peru pada tanggal 30 Oktober 1980. Mereka setuju untuk menyelesaikan sengketa perbatasan Teluk Fonseca melalui Mahkamah Internasional (ICJ).
Pada tahun 1992, Pengadilan menyerahkan sebagian besar wilayah yang disengketakan kepada Honduras, dan pada tahun 1998, Honduras dan El Salvador menandatangani perjanjian demarkasi perbatasan untuk melaksanakan ketentuan keputusan ICJ.
Meski telah melalui upaya perdamaian, hingga hari ini keduanya masih bersitegang. Sepak bola masih menjadi hal yang sentimental di antara kedua negara dan karenanya, krisis itu mewarnai sampai hari ini.