Ini memainkan peran besar dalam mempromosikan sepak bola di kalangan warga di Jaffa, menurunkan sekitar tiga generasi pemain sejak pendiriannya hingga akhir tahun 1947, beberapa di antaranya berpartisipasi dalam tim nasional Palestina pada tahun 1940-an.
Klub lain yang menurunkan tim sepak bola termasuk al-Nijma al-Bayda' (Bintang Putih) Haifa, Klub Carmel, Salisi (berafiliasi dengan Sekolah Salesian), dan Olahraga Islam (didirikan pada tahun 1920-an); Nadi al-Baq'a di Yerusalem; Klub Arab di Nablus (perkiraan 1915); dan Klub Olahraga di Gaza.
Pada tahun 1928, Klub Olahraga Arab (ASC) di Yerusalem didirikan. Kelompok ini dipimpin oleh Ibrahim Nusseibeh, seorang pemain sepak bola Palestina yang terkenal, dan memilih Fawzi Muhyi alDin sebagai bendahara.
Salah satu langkah awalnya adalah membentuk tim sepak bola yang dipimpin oleh Khalid Duzdar. Tim ini bersaing dengan klub lain, termasuk klub Yahudi Maccabi Hashmonai yang merupakan salah satu tim terbaik di Palestina.
Meskipun nama klub mengandung kata-kata seperti “Islam” atau “Ortodoks”, dokumen klub menunjukkan bahwa baik klub Kristen dan Muslim memiliki anggota dari kedua agama tersebut.
Sementara itu, klub-klub seperti Shabab al-‘Arab di Haifa dan ASC menjauhkan diri dari identifikasi agama apa pun, dan masing-masing menekankan afiliasi secara nasional maupun lokal.
Namun bagaimanapun, sepak bola memang menjadi arena persaingan dan pertikaian antara Palestina dan gerakan Zionis. Dan saat ini di Palestina masih bergulir West Bank Premier League atau Liga Utama Palestina.
Liga Utama Palestina diikuti oleh 12 klub di mana Shabab al Khalil SC keluar sebagai klub tersukses di liga ini dengan 7 kali menjadi juara liga sejak digulirkan pertama kali pada tahun 1943.
Faisal Al-Husseini Stadium menjadi salah satu rahasia dari keberlangsungan nasib sepak bola Palestina. Stadion ini berada di di Jalan Dahiat al'Barid di Al-Ram, jauh dari daerah krisis, Gaza.
Faisal Al-Husseini Stadium adalah salah satu stadion kandang tim sepak bola nasional Palestina, berkapasitas 12.500 penonton. Nama stadion ini diambil dari nama Faisal Husseini, seorang politikus Palestina yang meninggal pada tahun 2001.
Meski sepak bola di Palestina berjalan karena berlangsung di daerah krisis, James Montague menulis kepada Aljazeera bahwa para pemain timnas berlatih dan berlaga dengan perasaan cemas dan was-was.