Seperti Apa Jenis Permainan Anak-anak di Sejarah Romawi Kuno?

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 12 Februari 2024 | 09:00 WIB
Ukiran di batu marmer yang menggambarkan anak-anak bernyanyi dan bermain alat musik di sebuah gereja di Florence, Italia, karya Luca della Robbia. (Wikimedia Commons)

 

Nationalgeographic.co.id—Mainan ternyata sudah ada sejak zaman kuno. Salah satunya di sejarah Romawi kuno, jenis permainan anak-anak sangat beragam.

Permainan anak-anak di sejarah Romawi kuno berakar kuat pada aktivitas fisik. Lari, gulat, dan atletik adalah hal yang biasa.

Jenis aktivitas dalam permainan ini juga memiliki keunggulan kompetitif dan kognitif, seperti bentuk kuno 'petak umpet' dan 'berburu'. Bangsa Romawi juga memiliki versi permainan seperti 'tic, tac, toe.' 

Aktivitas berenang juga tersebar luas. Hal ini terutama di daerah dekat laut, meskipun sebagian besar penduduk Roma tidak pernah jauh dari sungai tempat mereka bisa berenang.

Permainan Dadu, Kelereng, dan Puzzle di Sejarah Romawi Kuno

Ketika menggunakan benda-benda fisik sebagai mainan, yang paling umum adalah benda-benda yang akrab bagi setiap anak sekolah di abad ke-20. 

Misalnya, sesuatu yang mirip kelereng dikumpulkan dan dimainkan oleh anak-anak Romawi. Begitu pula yo-yo, yang terakhir telah digunakan sejak sekitar abad kelima SM ketika muncul di kalangan orang Yunani. 

Di sejarah Romawi kuno, jenis permainan anak-anak sangat beragam. (Public domain)

Bangsa Romawi juga menerbangkan layang-layang dan menggunakan panggung sebagai bentuk hiburan. Permainan puzzle dan permainan papan juga dimainkan. 

Misalnya, 'noughts and cross' dimainkan pada zaman Romawi. Saat ini terdapat bukti arkeologis dari beberapa ukiran di tangga Forum Romawi di pusat kota Roma itu sendiri.

Bentuk yang lebih canggih berkisar dari permainan puzzle dasar, di mana potongan-potongan dipindahkan di sekitar papan untuk membentuk suatu objek.

Selain itu, terdapat permainan papan yang lebih rumit dan memerlukan keterampilan kognitif cukup besar. Salah satunya adalah permainan yang disebut tabula, yang mirip dengan backgammon.

Anak-anak Romawi yang memasuki masa remaja juga belajar bermain ludus latrunculorum, sejenis catur.

Permainan Perang

Ludus latrunculorum adalah contoh permainan di sejarah Romawi kuno yang mungkin dirancang untuk menumbuhkan pemikiran strategis dalam istilah militer.

Permainan ini kemungkinan besar diciptakan sebagai cara utama untuk memahami strategi militer di medan perang.

Ludus latrunculorum mencerminkan banyak jenis permainan lain yang mungkin dilakukan oleh anak-anak Romawi, khususnya anak laki-laki.

Sangat populer untuk bermain dengan pedang kayu dan perisai. Bagi anak laki-laki untuk mengatur diri mereka menjadi pasukan tiruan yang saling bertarung. 

Mereka adalah orang-orang yang menganggap diri sebagai orang Italia yang kasar dan militeristik.

Oleh karena itu, sangatlah wajar jika orang dewasa mendorong anak laki-laki untuk mengembangkan pemikiran militer mereka sejak usia muda, terutama ketika dekade-dekade berlalu dan Roma semakin menaklukkan dunia.

Selain bertarung dengan pedang dan perisai kayu, anak laki-laki Romawi juga membuat miniatur kereta dan membalapnya di lingkungan sekitar mereka.

Boneka Romawi

Bagi gadis-gadis di sejarah Romawi kuno, jenis mainan paling klasik di dunia mereka adalah boneka.

Penggalian arkeologi selama bertahun-tahun telah menemukan ratusan boneka dari seluruh Kekaisaran Romawi. Hal ini menjadi bukti popularitas mainan boneka di kalangan gadis-gadis Romawi.

Boneka ini diukir dan dibuat dari berbagai bahan, boneka murah yang terbuat dari tanah liat atau kayu.

Pada saat yang sama, versi yang lebih mahal dan tahan lama dibuat dari tulang binatang atau gading. Kemudian akan ditambah dengan menggunakan kain dan bahkan bulu hewan.

Sayangnya, kita memiliki bias dalam pemahaman kita tentang boneka-boneka ini terhadap mainan orang-orang Romawi kelas atas, karena bahan-bahan yang digunakan untuk membuat boneka-boneka ini bertahan lebih baik selama berabad-abad, sedangkan mainan orang-orang Romawi kelas bawah cenderung pecah atau hancur.

Boneka-boneka itu sering kali dihias dengan cincin mini dan ikat kepala. Hal ini menunjukkan bagaimana orang Romawi memandang anak perempuan harus berpakaian dan bertingkah laku seiring bertambahnya usia. 

Anehnya, boneka-boneka ini cenderung berubah selama berabad-abad seiring dengan perubahan mode wanita kelas atas Romawi. Jadi, kita mempunyai contoh di mana boneka Romawi meniru bentuk awal budaya selebriti. 

Boneka-boneka dari kuartal ketiga abad kedua M tampaknya memiliki desain rambut yang meniru cara Permaisuri Faustina, istri Kaisar Marcus Aurelius, yang memerintah dari tahun 161 M hingga 180 M, menata rambutnya. Oleh karena itu, boneka mencerminkan cita-cita gadis-gadis Romawi ketika mereka menjadi perempuan.

Anehnya, saat mereka mencapai usia dewasa, mainan masa muda mereka sudah lama hilang.

Di zaman Romawi, ketika anak perempuan menikah, seringkali ketika  berusia 13 atau 14 tahun, mereka akan membakar boneka mereka di api yang dirancang untuk melambangkan masa muda mereka.

Memang boneka-boneka yang bertahan hingga saat ini umumnya ditemukan di kuburan gadis-gadis yang meninggal saat masih bayi atau masa kanak-kanak.

Anak-anak yang hidup sampai dewasa sebagian besar akan dibakar. Jadi, baik bagi anak laki-laki maupun perempuan Romawi, mainan yang mereka mainkan di masa muda mencerminkan bagaimana mereka diharapkan berperilaku ketika mereka dewasa.