Temuan Baterai, Mengubah Sejarah Dunia Kelistrikan Menjadi Lebih Baik

By Wawan Setiawan, Minggu, 11 Februari 2024 | 16:00 WIB
Baterai Parthia atau Baterai Bagdad, yaitu sebuah toples tanah liat berisi batang besi yang dikelilingi silinder tembaga. Ketika diisi dengan cuka atau larutan elektrolit, toples menghasilkan 1,1 hingga 2 volt. Namun fungsinya sebagai baterai masih diragukan. (Battery University)

Nationalgeogtaphic.co.id - Manusia selalu saja menemukan inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan teknologi demi kemajuan hidup mereka dan membuka jalan bagi sejarah dunia.

Seperti halnya di bidang listrik. Dahulu kala, sebelum manusia mengenal listrik, sudah bisa dibayangkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah mengenal yang namanya lampu sebagai penerang.

Bukan hanya itu, peralatan lainnya yang membutuhkan arus listrik untuk dapat dioperasikan sudah pasti tidak akan pernah ada. Intinya, manusia tidak akan pernah maju. Karena sebagian besar, teknologi canggih di masa kini, membutuhkan arus listrik untuk bisa dijalankan.

Ilmuwan mulai bereksperimen dengan kapasitor dan perangkat listrik awal lainnya pada tahun 1700-an. Namun penemu resmi baterai adalah fisikawan Italia Alessandro Volta. Pada tahun 1800, Volta menciptakan “tumpukan volta”.

Meskipun temuan arkeologi mengatakan bahwa, baterai sebenarnya sudah pernah diciptakan sejak lama. Volta bukanlah pencipta baterai yang sebenarnya, tetapi ia hanya menciptakannya kembali dengan desain yang berbeda.

Saat membangun jalur kereta api pada tahun 1936 di dekat Bagdad, para pekerja menemukan apa yang tampak seperti baterai prasejarah, yang juga dikenal sebagai Baterai Parthia atau ada juga yang menyebutnya sebagai Baterai Bagdad. Benda tersebut berasal dari kekaisaran Parthia dan diyakini berusia 2.000 tahun. Baterainya terdiri dari toples tanah liat yang diisi larutan cuka dan dimasukkan batang besi yang dikelilingi silinder tembaga. Perangkat ini menghasilkan listrik 1,1 hingga 2,0 volt.

Gambar lukisan karya Giuseppe Bertini dari Alessandro Volta yang mendemonstrasikan baterainya kepada Napoleon pada tahun 1801. Volta membuka sejarah dunia kelistrikan dengan temuan baterainya. (Wikipedia)

Sedangkan temuan “tumpukan volta” adalah perangkat yang terdiri dari cakram seng dan tembaga bergantian dengan karton yang direndam air garam di antara setiap lapisannya. Tumpukan volta menghasilkan arus listrik yang konsisten. “Tumpukan volta” bahkan juga dapat menampung dan mengangkut energi.

Dari baterai pertama, banyak ilmuwan lainnya yang juga menemukan desain tambahan dan lebih sukses. Baterai awal ini disebut baterai primer, karena tidak dapat diisi ulang. Pengguna perlu mengganti elektrolit dan pelatnya jika sudah habis. Namun, pada tahun 1860 para ilmuwan akhirnya menemukan baterai timbal-asam yang dapat diisi ulang.

Volta sebenarnya menciptakan tumpukan volta untuk membuktikan kepada temannya, Luigi Galvani, bahwa pendapatnya itu salah. Sebab, Galvani percaya bahwa listrik berasal dari jaringan hewan (teori ini dikenal sebagai “listrik hewan”). Namun, Volta yakin bahwa kontak logam di lingkungan yang lembab dapat menghasilkan listrik.

Ketika baterai mulai ditemukan dan mengalami banyak inovasi sehingga menjadikannya sumber listrik, telegraf adalah salah satu penggunaan baterai pertama secara rutin. Meskipun lambat laun, orang-orang dengan cepat menemukan banyak kegunaan lainnya.

Benjamin Franklin juga berperan dalam penemuan baterai. Pada tahun 1749, ia menciptakan kapasitor awal dengan menghubungkan “stoples Leyden”. Stoples Leyden pada dasarnya adalah stoples kaca berisi air (atau bahan penghantar lainnya) dan dilapisi dengan kertas logam.