Begini Rasanya Menjadi Anak-Anak dalam Sejarah Perang Dunia II

By Utomo Priyambodo, Senin, 12 Februari 2024 | 14:00 WIB
Sejarah Perang Dunia II adalah sejarah kelam bagi anak-anak di banyak negara. Lebih dari satu juta orang dievakuasi dari kota-kota besar dan kecil. (Imperial War Museums)

Sejarah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, setelah Jerman menyerah dan kemudian Jepang. Hari Kemenangan di Eropa (VE Day) dirayakan pada tanggal 8 Mei, dan kemenangan atas Jepang pada tanggal 15 Agustus.

Pada VE Day ada ribuan pesta jalanan, parade pakaian mewah, dan api unggun yang diadakan di seluruh negeri. Meskipun makanan masih dijatah, upaya besar telah dilakukan untuk menyediakan makanan bagi anak-anak. Peristiwa serupa terjadi dalam skala yang lebih kecil setelah Jepang menyerah.

Setelah perang berakhir, kehidupan keluarga tetap terganggu selama berbulan-bulan, dan terkadang lebih lama. Para pengungsi yang tadinya tinggal di negara tersebut kini bergabung kembali dengan keluarga mereka setelah bertahun-tahun berpisah.

Para ayah yang kembali dari militer atau dari kamp tawanan perang (POW), tampak seperti orang asing bagi anak-anak yang belum pernah mengenal mereka. Dan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua atau orang-orang tercinta, atau kehilangan tempat tinggal akibat perang, kehidupannya tidak akan pernah sama lagi.

9. Masa Damai

Kemenangan telak Partai Buruh dalam Pemilihan Umum tahun 1945 membuka jalan bagi reformasi baru untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan anak-anak. Berdasarkan usulan dalam Laporan Beveridge tahun 1942, Layanan Kesehatan Nasional diperkenalkan pada tahun 1948, memberikan layanan kesehatan gratis kepada semua orang. Tunjangan Keluarga dibentuk dan sekolah menengah tersedia untuk semua anak di atas 11 tahun.

Namun, masih terjadi penghematan besar-besaran. Kekurangan penjatahan makanan dan bahan bakar terus berlanjut dan penjatahan baru berakhir pada tahun 1954.

Meskipun beberapa 'Kota Baru' direncanakan di seluruh negeri dan perumahan yang rusak akibat bom dibangun kembali secara bertahap, banyak keluarga masih tinggal di rumah 'prefabrikasi' darurat.

Namun terlepas dari kekurangan dan kesulitan yang ada, kondisi kesejahteraan yang baru dan peluang ekonomi yang semakin besar memberikan harapan akan masa depan yang lebih cerah dan sejahtera bagi anak-anak di Inggris pascaperang.