Sejarah Dunia: dari Mimpi Seorang Nabi, Pemberontakan Taiping Terjadi

By Galih Pranata, Jumat, 16 Februari 2024 | 12:13 WIB
Patung Hong Xiuquan yang mengingatkan sejarah dunia pada pemberontakan Taiping terbesar dalam sejarah umat manusia. Pemberontakan ini bermula dari mimpi Hong yang mengeklaim dirinya sebagai Nabi. (Radii)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia pernah mencatat satu bentuk pemberontakan terbesar sepanjang sejarah. Pemberontakan yang melibatkan dinasti Qing di Tiongkok yang makmur dan berjaya, dirongrong sejumlah sekte baru.

Kisah ini bermula dari seorang bernama Hong Xiuquan, lahir pada tahun 1814 di Guanlubu, Guangdong, Tiongkok. Beberapa kali dalam ujian pegawai negeri pada tahun 1837, Hong selalu gagal.

Setelah ujian selesai, dia kembali ke rumah dan pergi tidur. Sebelumnya ia mengeluh sakit, sehingga membutuhkan waktu untuk tidur. Sebelum terlelap, dalam keadaan demam, Hong mulai berhalusinasi.

Dalam halusinasinya, "ia bermimpi melakukan perjalanan ke tanah surgawi di timur, di mana ia bertemu ayahnya yang mengungkapkan bahwa setan sedang menghancurkan umat manusia," tulis Larry Holzwarth.

Larry menulisnya kepada History Collection dalam artikelnya berjudul Opium Wars Broke the Middle Kingdom yang diterbitkan pada 21 November 2019.

"Hong bermimpi bahwa ia memegang pedang khusus, dan dengan bantuan saudaranya, ia melawan iblis dan Raja Neraka," imbuhnya. Setelah pertempuran dengan setan di alam mimpi, Hong tetap berada di surga.

Ia kemudian memperistri sesosok wanita dari alam surga dan memiliki seorang anak. Setelahnya, Hong kembali ke Bumi dengan menerima gelar "Raja Surgawi, Penguasa Jalan Raja."

Litograf pengadeganan pemberontakan Taiping yang merenggut banyak nyawa sebagai pemberontakan paling berdarah sepanjang sejarah dunia. (Wikimedia Commons)

Selama berhari-hari, keluarga Hong hanya bersedih melihat kondisinya yang tak kunjung baik. Keluarganya melihat Hong tidur selama berhari-hari sambil mengigau dan histeris. Berteriak-teriak tak karuan.

Ia nampak seperti terserang mimpi demam yang hebat. Berteriak tentang setan, mengaku sebagai Kaisar Tiongkok, sesekali bernyanyi, dan terkadang melompat dari tempat tidur, seperti bersiap untuk berperang.

Ketika Hong akhirnya bangun, dia menceritakan pengalamannya kepada keluarganya dan menyalin puisi yang dia tulis di surga. Setelah demam tinggi dan tidur berhari-hari, penduduk desa percaya bahwa dia sudah gila.

Meskipun masih terbawa mimpi panjang dan halusinasi hebatnya kemarin, Hong yang sudah membaik, mulai menata kembali hidupnya dan ikut ujian pegawai negeri sekali lagi.

Pada tahun 1843, Li Jingfang, seorang kerabatnya meminjamkan sebuah risalah berjudul “Good Words For Exhorting The Age” karya Liang Afa dan meyakinkan Hong untuk membacanya.

Risalah tersebut menggambarkan Tiongkok yang apokaliptik yang mengenang kejadian-kejadian baru-baru ini. Perang Candu Pertama yang penuh kekerasan melawan Inggris Raya, yang terjadi pada tahun 1839 hingga 1842.

Perang itu berakhir dengan Perjanjian Nanjing yang merusak prestise kekaisaran dan memberikan banyak keuntungan bagi Inggris. Hal ini mempunyai dampak samping berupa masuknya misionaris Kristen ke negara tersebut.

Dalam perantauan membaca literatur Kristen, Hong menjadi yakin bahwa ayah dalam mimpi demamnya bertahun-tahun sebelumnya adalah Tuhan dalam agama Kristen, kakak laki-lakinya adalah Yesus dan Raja Neraka adalah ular di Taman Eden.

Dari tabir mimpinya yang sangat relate dengan literatur Kristen dan buku karya Liang Afa, Hong menjadi sangat yakin bahwa dia adalah anak Tuhan. Ia adalah Nabi baru yang akan memimpin suatu umat. 

Pemberontakan Taiping pada tahun 1850 di Kekaisaran Tiongkok menjadi perang saudara paling berdarah dalam sejarah. (The suppression of the Taiping Rebellion)

Hong mulai mengungkapkan mimpinya kepada kerabatnya dan orang-orang terdekatnya. Pesannya mulai menyebar. Banyak orang percaya bahwa ajaran Kristen dengan tabir mimpinya bisa diterima akal dan meyakini bahwa Hong benar-benar "Raja Surgawi."

Orang-orang kini mulai memercayai Hong dan turut dalam langkah-langkah perjuangannya. Hong dan beberapa pengikutnya turun ke jalan untuk menjual tinta tulis dan kuas untuk mendanai perjalanan mereka.

Selama perjalanan ini, Hong menulis risalahnya sendiri, “Seruan untuk Menyembah Tuhan Yang Maha Esa,” untuk membantu memenangkan lebih banyak orang yang mau ikut dalam perjalanan sucinya.

Banyak dari pengikutnya adalah orang Hakka, yang melarikan diri dari bangsa Mongol pada abad ke-13 dan menjadi daerah kantong yang terpisah dari masyarakat Tiongkok pada umumnya. Mereka pada dasarnya adalah buruh miskin yang mencari perlindungan dari penindasan.

Gagasan Sosialisme-nya, dicampur dengan gagasan agama dan hukum berdasarkan 10 Perintah dalam Alkitab Perjanjian Lama menarik perhatian. Janjinya mengenai tanah bebas akan segera mendatangkan ribuan pengikut lagi.

Kontrol penuh Hong atas kehidupan para pengikutnya semakin ketat. Menyebut dirinya sebagai “Raja Taiping” yang diambil dari nama wilayah bersejarah Tiongkok di sebelah barat Nanjing.

Pada tahun 1850, dengan tuduhan bahwa Yesus telah mendesak Hong untuk “berjuang demi Surga,” Hong mulai mempersenjatai para pengikutnya. Tak lama kemudian, para pengikutnya membeli bubuk mesiu dalam jumlah besar dan diorganisir berdasarkan pangkat militer.

Pasukan militer dari Dinasti Qing bentrok pada akhir tahun 1851 melawan sekte baru yang dipimpin Nabi Hong, menamai pasukannya sebagai "Tentara Taiping." Tanpa diduga, tentara Taiping menang dalam pertempuran pertama ini.

Namun pertempuran terus berlanjut selama bertahun-tahun. Menjadikan pemberontakan sebuah sekte sesat melawan hegemoni Qing yang berjaya. Menjadikan Pemberontakan Taiping sebagai salah satu pemberontakan terbesar sepanjang sejarah dunia.

Pemberontakan ini berakhir setelah Hong ditemukan tewas pada bulan Mei 1864. Kebanyakan sejarawan meyakini bahwa ia telah mati diracun, meskipun masih menjadi kontroversi, apakah ia mati karena bunuh diri atau pembunuhan.

Pemberontakan Taiping diyakini telah memakan korban antara 20 juta hingga 70 juta jiwa, menjadikannya salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah dunia, sejarah kelam umat manusia.