Batu Tipuan hingga Tepuk Tangan, Metode Unik Pemilu di Era Yunani Kuno

By Utomo Priyambodo, Minggu, 18 Februari 2024 | 10:00 WIB
Pemilu di era Yunani kuno berlangsung dengan beberapa metode unik. Ada yang pakai batu tipuan hingga tepuk tangan. (Philipp Foltz/Rijks Museum)

Nationalgeographic.co.id – Proses pemilihan umum atau pemilu sudah ada sejak era Yunani kuno. Warga negara demokrasi modern sekarang telah menggunakan berbagai metode dan teknologi untuk memberikan suara mereka pada hari pemilu. Namun bagaimana masyarakat berpartisipasi dalam pemilu pada zaman dahulu?

Para sejarawan telah mengumpulkan beberapa detail menarik dari Athena, salah satu negara demokrasi langsung pertama dan satu-satunya di dunia, dan Republik Romawi, sebuah negara kuasi-demokrasi di mana kelas-kelas terkaya mempunyai pengaruh lebih besar daripada kaum pekerja.

Baik di Athena maupun Roma, partisipasi dalam proses demokrasi (kata Yunani dēmokratia berarti “kekuatan rakyat”) terbatas pada dēmos, yang merupakan warga negara laki-laki yang bebas. Perempuan dan budak tidak mempunyai hak suara. Kali ini mari kita bahasa metode unik pemilu di era Yunani kuno.

Pemilu di Yunani Kuno

Hanya ada sedikit pemilu di Athena, karena masyarakat Athena kuno tidak menganggap pemilu sebagai cara paling demokratis dalam memilih pejabat, kata Eric Robinson, profesor sejarah di Indiana University dan editor Ancient Greek Democracies: Readings and Sources.

“Agar demokrasi bisa memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk menjalankan segala sesuatunya, dan bukan hanya orang kaya, Anda harus memilih orang secara acak,” katanya.

Untuk memutuskan siapa yang akan bertugas di Dewan 500, badan utama pemerintahan Athena, orang Athena menggunakan sistem yang dikenal sebagai penyortiran. Ada 10 suku di Athena dan masing-masing suku bertanggung jawab menyediakan 50 warga negara untuk bertugas selama satu tahun di Dewan 500 orang.

Setiap warga negara yang memenuhi syarat diberi token yang dipersonalisasi dan token tersebut dimasukkan ke dalam mesin khusus yang disebut kleroterion yang menggunakan teknologi yang sudah lama hilang (melibatkan tabung dan bola) untuk memilih secara acak kontribusi setiap suku kepada dewan.

Dalam Majelis: Satu Orang Satu Suara

Di Athena, semua hukum dan kasus pengadilan diputuskan oleh Majelis (ekklēsia), sebuah badan demokrasi besar di mana setiap warga negara laki-laki mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat. Dari 30.000 hingga 60.000 warga Athena, sekitar 6.000 orang secara rutin menghadiri dan berpartisipasi dalam pertemuan Majelis.

Majelis bertemu di amfiteater alami di puncak bukit yang disebut Pnyx, yang berasal dari kata Yunani yang berarti “berkumpul rapat,” dan dapat menampung antara 6.000 hingga 13.000 orang.

“Orang-orang Yunani tidak menyelenggarakan pemilu seperti yang kita pikirkan, di mana kita memilih melalui surat atau pergi ke sekolah atau gereja untuk menyerahkan surat suara,” kata Del Dickson, seorang profesor ilmu politik di University of San Diego dan penulis The People's Government: An Introduction to Democracy.