Sejarah Islam, Salat Dipengaruhi Ragam Tradisi Ibadah Timur Tengah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 13 Maret 2024 | 07:00 WIB
Cahaya kirana menerangi Kota Yerusalem, kota suci bagi Islam, Kristen, dan Yahudi. (Thinkstockphotos)

Umat Yahudi mencuci sebagian anggota tubuh mereka sebelum beribadah di Bait Suci. Hal ini pun berlaku ketika Bait Suci hancur, memaksa umat Yahudi beribadah di sinagog.

"Namun, setelah penghancuran Bait Suci, metode ritual pembersihan berubah. Dalam doa sinagoga (atau doa Yahudi lainnya, menurut hukum ritual), pembersihan seluruh tubuh direduksi menjadi mencuci tangan dengan air," terang Hienz.

Peraturan menjaga kebersihan ini berasa dari Taurat. Salah satunya termaktub dalam Keluaran 30:19 yang menceritakan Harun dan anak-anaknya membasuh tangan dan kaki dengan air.

Demikian pula dengan sujud. Hienz mengungkapkan ada banyak praktik sujud dalam cerita dan ketentuan kitab suci.  Dalam Tanakh, sujud sebagai tanda hormat. "Hal ini ditemukan dalam kaitannya dengan Yahweh dan fitur otoritas seperti raja atau Nabi," jelas Hienz.

Beberapa tokoh yang melakukannya, menurut Tanakh, antara lain Daud ketika membangun Bait Suci, dan Musa yang sujud kepada Tuhan karena umatnya yang tersesat menyembah sapi betina.

Ada pun keharusan sujud sebagai ibadah Yahudi kuno. Sujud ini harus dilakukan dalam doa pagi dan sore setiap harinya yang disebut Tahanun (permohonan). Ibadah ini berasal dari Talmud periode Babilonia. Perlahan-lahan, ibadah ini ditinggalkan.

"Mengingat kriteria pengaruh sinkretis, tampak jelas bahwa ada beberapa kasus di mana praktik ritual Yahudi memengaruhi penggunaan salat oleh Muhammad dan para pengikutnya. Dalam hal kontak, umat Islam awal mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan komunitas Yahudi," jelas Hienz.

Pengikut Nabi Muhammad, pada awal perkembangan Islam, setidaknya berjumpa dengan dua komunitas Yahudi: Yatsrib dan Yaman.

Ibadah Kekristenan

Hienz berpendapat, ada banyak unsur Kekristenan Timur Tengah yang serupa dengan salat. Salah satu yang berpengaruh adalah ibadah pemeluk Kekristenan di Suriah-Palestina.

Peziarah Ortodoks Timur melakukan sujud di Golgota di Gereja Makam Suci, Yerusalem. (Wikimedia Commons)

Masyarakat Kekristenan Suriah-Palestina percaya bahwa sembahyang merupakan "ekspresi dan kepercayaan kepada Tuhan untuk menghadapi cobaan yang tidak dapat ditanggung." Hal ini selaras dengan konsep sembahyang umat Islam sebagai ketundukan kepada Tuhan.