Mungkinkah Trol dalam Mitologi Nordik tentang Manusia Neanderthal?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 24 Februari 2024 | 07:00 WIB
Gambaran gua hunian manusia Neanderthal yang punah 35.000 hingga 40.000 tahun lalu. Neanderthal dan leluhur manusia modern pernah hidup bersama di Eropa selama ribuan tahun. Bisa jadi, leluhur kita di Eropa merekam keberadaan mereka sebagai trol dalam mitologi Nordik. (Max Planck Institute)

Nationalgeographic.co.id—Sekitar 430.000 tahun yang lalu, manusia Neanderthal (Homo neanderthalensis) hidup di Eropa. Persebaran mereka bertahan hingga sekitar 40.000 tahun yang lalu. Dengan demikian, mereka setidaknya telah hidup bersama dengan manusia modern atau Homo sapiens antara 2.600 dan 5.400 tahun lamanya.

Tumpang tindih kehidupan dua spesies ini memungkinkan mereka kawin campur. Hal itu dibuktikan dengan temuan bahwa dua hingga empat persen dari DNA kita mengandung genom yang diwariskan oleh Neanderthal.

Dengan demikian, leluhur kita memang pernah bertemu dengan Neanderthal. Namun, apakah jejak mereka masih bisa ditemui dalam ingatan manusia hari ini?

Di Eropa, ada banyak kisah fiktif yang menggambarkan makhluk mitologis yang merujuk pada bentuk fisik Neanderthal. Beberapa cerita rakyat di Eropa memasukkan makhluk berbadan besar, serupa manusia, dan kurang cerdas. Salah satunya adalah trol dari mitologi Nordik yang mungkin adalah ingatan manusia tentang Neanderthal.

Gagasan ini dihipotesiskan oleh sastrawan Inggris William Golding dalam novel fiksinya, The Inheritors yang terbit pada 1955. Kemudian, gagasan ini mulai dianggap lebih dari sekadar cerita fiksi dalam novel. 

Ahli paleontologi di University of Helsinki Björn Kurtén menjadi kalangan ilmuwan  pertama yang mengisyaratkan gagasan Neanderthal sebagai trol dari mitologi Nordik. Dia membuat cerita fiksi tentang Neanderthal yang dihubungkan dengan trol dalam novel Dance of the Tiger tahun 1978.

Gagasan ini amat diyakini Kurtén, sampai-sampai sering menghubungkan trol dan Neanderthal dalam publikasi-publikasinya sekitar 1970-1980an.

Patrick Hunt, arkeolog Stanford University menyebutkan bahwa Neanderthal dan trol memiliki kesamaan terkait ciri-ciri dan habitat. Ciri-ciri itu antara lain mencakup kerangka yang berat dan bertulang besar, berkulit tebal untuk bisa bertahan di lingkungan dingin, tinggal di gua, alis yang menonjol, tubuh yang besar, dan tempat tinggal yang dianggap layak untuk hidup oleh manusia.

"Trol, bagaimanapun, sering kali sulit untuk didefinisikan sebagai makhluk mitos dengan kemungkinan makna yang berubah-ubah di seluruh literatur Skandinavia," terang Hunt di The Norwegian American.

"Dan mereka terkadang memiliki kekuatan magis yang tidak dapat dijelaskan oleh Saga akhir, karena literatur Islandia menyimpan secara tertulis apa yang mungkin tidak tercatat dalam cerita lisan Nordik kuno," lanjutnya.

Ilustrasi ini menggambarkan trol raksasa makhluk mitologi Nordik yang ditutupi tumbuhan yang menyamar sebagai gunung. (JNL/Wikipedia)

Terkadang, dalam mitologi Nordik, trol digambarkan sebagai makhluk besar yang dihubungkan dengan Jotun. Jotun adalah ras manusia raksasa yang sangat besar dan berperang melawan para dewa. Mereka tinggal di tempat yang disebut sebagai Jotunheimr, dunia para raksasa yang merupakan satu dari sembilan dunia dalam mitologi Nordik.

Di Norwegia, trol adalah raksasa yang kuat dingin yang kerap dihubungkan dengan Jotunn Tua. Makhluk ini tinggal di lingkungan berbatu di sepanjang punggung pegunungan bersalju yang sesuai dengan lingkungan Jotunheimr.

Neanderthal di negeri bangsa NordikMitologi Nordik mengenai trol mungkin bisa dilacak dari segi kebahasaan. Dalam bahasa Nordik kuno, Hunt berpendapat berasal dari Proto-Jerman trullan.

Wilayah Skandinavia, atau wilayah bangsa Nordik seperti Norwegia dan Swedia, tidak memiliki jejak peninggalan Neanderthal. Mungkin lingkungan kawasan ini pada masanya terlalu dingin. Namun, bukan berarti Neanderthal tidak pernah datang ke Skandinavia karena mereka adalah makhluk yang adaptif.

Hunt berpendapat, Neanderthal mungkin telah menapakkan kakinya lebih ke utara lagi dengan lingkungan yang mendukung populasinya. Tentunya masa ini terjadi pada periode interglasial yang lebih hangat.

Hunt memberikan gambaran periode yang sangat memungkinkan terjadi pada periode interglasial Eemian yang berlangsung antara 130.000 dan 115.000 tahun yang lalu. Periode ini lebih hangat daripada periode glasial berikutnya, Weichsellian Awal yang terjadi pada 115.000 sampai 11.700 tahun yang lalu.

Di Eropa yang hangat pada masa glasial dan ketika hidup berdampingan dengan manusia modern, mungkin mitologi tentang trol sebagai makhluk besar dan tinggal di gua ini muncul.

Secara kebahasaan, menurut Hunt, trol mirip dengan sebutan troglodyte yang berarti "manusia gua" oleh orang Yunani. Istilah ini sangat kuno yang berasal dari dua kata.

"Kata meme asli atau gagasan trol sebagai "penghuni gua"--mungkin berasal dari akar kata yang sama dengan troglodyte dalam bahasa Proto-Indo-Eropa?--bahkan bisa menjadi artefak linguistik dari kemungkinan ingatan ini, meskipun bahasa Nordik kuno hanya memiliki kata trol tertulis dari periode Abad Pertengahan dan seterusnya seperti yang sudah dijelaskan," tulis Hunt.