Nationalgeographic.co.id—Perempuan di Sparta memiliki otonomi lebih besar dibandingkan kota lainnya di sejarah Yunani kuno. Mereka berpendidikan dan sebagian wanita mempunyai dua suami. Apa alasannya?
Dalam budaya populer, Sparta kuno dikenal menghasilkan prajurit yang kuat dan perkasa. Sarjana klasik Andrew G. Scott menulis bahwa cara lain Sparta yang tampaknya unik di Yunani kuno adalah mengizinkan seorang wanita menikah dengan dua pria sekaligus.
Scott menulis bahwa sumber-sumber kuno menunjukkan bahwa kebiasaan ini merupakan suatu hal unik. Meskipun tidak jelas berapa lama kebiasaan tersebut sudah ada atau seberapa umum hal tersebut dipraktikkan.
Dia berpendapat bahwa hal itu mungkin merupakan hasil alami dari pendekatan Spartan terhadap pernikahan dan melahirkan anak.
“Tujuan pernikahan di Sparta adalah untuk menghasilkan keturunan yang sehat,” tulisnya dikutip Jstor Daily.
“Dalam sistem seperti itu, nilai sebuah perkawinan dihitung berdasarkan kemampuan menghasilkan anak,” sambungnya.
Dalam catatan sejarah Yunani kuno, bangsa Sparta percaya bahwa anak-anak yang paling sehat akan datang dari pria dan wanita yang paling sehat.
Kedua jenis kelamin didorong melakukan latihan fisik untuk meningkatkan potensi mereka sebagai orang tua.
Mereka menikah pada usia yang lebih tua dari orang Athena. Anak perempuan di Sparta tidak harus menikah sampai mereka berumur delapan belas tahun.
Pria biasanya menikah pada usia pertengahan dua puluhan atau tiga puluhan. Perbedaan usia antara suami dan istri lebih kecil dibandingkan dengan orang Athena.
Anak perempuan di Sparta menikah jauh lebih lambat dibandingkan saudara perempuan mereka di Athena.
Setelah menikah, suami dan istri juga sebagian besar dipisahkan. Dengan teori bahwa berpisah meningkatkan hasrat, dan hasrat menghasilkan anak yang lebih sehat.