Nasib Anak Aleksander Agung: Lahir Saat Badai Politik Hingga Dibunuh

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 22 Februari 2024 | 08:00 WIB
Alexander Agung dari Makedonia adalah salah satu pemimpin militer terhebat dalam sejarah dunia. (Ancient Pages)

Pada 320 SM, ia dibunuh karena konspirasi yang dipimpin oleh sesama Diadochi, termasuk Antigonus, Ptolemy, dan Seleucus, yang tidak puas dengan kepemimpinan dan keputusannya.

Setelah kematian Perdiccas, pengaturan baru dibuat pada Pemisahan Triparadisus. 

Antipater, salah satu jenderal veteran Alexander, diangkat menjadi bupati. Dia memindahkan Aleksander IV dan ibunya, Roxana, ke Makedonia.

Relokasi ini merupakan langkah strategis, memastikan bahwa raja muda berada di bawah pengawasan dan pengaruh langsungnya.

Dengan mengendalikan pewaris Aleksander Agung, Antipatros dapat memperoleh rasa hormat dan kepatuhan yang lebih besar dari bangsawan dan jenderal Makedonia lainnya.

Namun masa jabatan Antipatros sebagai bupati juga singkat, karena ia meninggal pada tahun 319 SM.

Putranya, Cassander, muncul sebagai pemain kunci dalam dinamika kekuasaan berikutnya.

Meskipun Cassander tidak pernah secara resmi menggunakan Alexander IV untuk melegitimasi pemerintahannya sendiri, dia sangat menyadari pentingnya simbolis raja muda tersebut. 

Keberadaan Aleksander IV merupakan tantangan terhadap ambisi Cassander, karena para loyalis dinasti Argead dapat mendukung raja muda tersebut sebagai tokoh perlawanan.

Ketika Aleksander IV mendekati usia 14 tahun, ancaman dia untuk menegaskan klaimnya sendiri atas takhta menjadi lebih jelas.

Cassander, yang pada saat itu sudah mempunyai pijakan yang kuat di Makedonia, menyadari ancaman ini.

Pembunuhan Aleksander IV