Penggunaan tikus sebagai alat penyiksaan telah dilakukan oleh Kaisar Romawi ke-5, Nero. Dia dikenal sebagai salah satu penguasa paling keji yang pernah ada dalam sejarah.
Pria muda yang bermasalah ini lebih dikenal karena kesadisannya daripada kemampuannya memerintah. Konon, ia menempatkan para tersangka penjahat ke dalam tong-tong yang penuh dengan tikus.
“Tikus-tikus itu, yang sebelumnya telah kelaparan, akan segera menggerogoti daging korban hingga habis,” terang Miranda.
Di India, para tahanan mengalami pengalaman yang tidak kalah mengerikan. Mereka dipaksa mengenakan celana longgar yang kemudian diikat di sekitar pergelangan kaki.
Celana tersebut memiliki ruang yang cukup besar di dalamnya yang dapat digunakan algojo untuk menuangkan banyak tikus.
Yang, dalam keinginannya untuk melarikan diri, akan mencakar dan menggigit daging pangkal paha korban
Rat Torture di Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, penggunaan tikus sebagai alat penyiksaan tidak hilang begitu saja. Bahkan, menurut Miranda, penyiksaan ini dibawa ke tingkat yang lebih sadis.
“Pada abad pertengahan di Jerman, metode memanaskan ember atau sangkar di atas perut korban diperkirakan telah ditemukan,” kata Miranda.
Namun kali ini sedikit berbeda, Miranda melanjutkan, “alih-alih membuat mereka menggali ke dalam tubuh korban, algojo akan membelah korban dan menempatkan tikus-tikus itu langsung di dalamnya.”
Metode lain yang tak kalah mengerikan adalah menempatkan tikus di wajah korban, bukan di bagian perut. Tikus-tikus dibiarkan menggerogoti hidung, telinga, dan mulut korban.
Pada abad ke-16 hingga ke-17, terdapat catatan yang mengungkap penggunaan metode Rat Torture selama Pemberontakan Belanda berkecamuk.