Ragam Pedang Tentara Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 22 Februari 2024 | 13:00 WIB
Para perwira Brigade Kawaguchi berpose dengan pedang mereka, 1942. (Via Swordis)

Nationalgeographic.co.id—Saat Perang Dunia II meletus, berbagai senjata modern mulai digunakan oleh militer di seluruh dunia. Banyak orang berpikir bahwa pedang–yang mana senjata tradisional–tak akan lagi menemukan tempat di medan perang yang jauh berbeda.

Namun, tidak dengan Kekaisaran Jepang. Mereka justru memproduksi pedang militer khusus yang menyerupai uchigatana di masa lalu. Pedang ini akan menjadi standar bagi para perwira Kekaisaran Jepang di Perang Dunia II.

Menurut Jolene Sim, dilansir dari laman Swordis, pedang yang digunakan tentara Jepang pada Perang Dunia II tak sekadar menyalin desain pedang tradisional.

Sebaliknya, “tentara Jepang diberikan beberapa pedang yang unik dengan sedikit perbedaan di antara mereka.”

Kebangkitan Kembali Tradisi Lama

Dengan Kekaisaran Jepang yang perlahan-lahan mengikuti perkembangan dunia, memasuki abad ke-20,mereka mencoba meninggalkan tradisi dan gaya hidup yang sudah dianggap tua. Dalam hal ini termasuk metode bertempur.

Perubahan besar pertama muncul pada pertengahan tahun 1800-an, terutama dengan dibubarkannya kelas Samurai selama Periode Meiji (1868-1912). 

Di sisi lain, dekrit Haitorei juga telah melarang seseorang untuk membawa pedang di ruang publik. Kebijakan ini secara efektif mengakhiri masa feodal di Jepang dan menandai transisi negara tersebut menuju pemerintahan yang lebih sentral dan modern.

Bagi orang Jepang, perubahan ini sulit untuk diterima. Bahkan pada saat itu mereka digambarkan sebagai "masyarakat feodal terisolasi" yang cara hidupnya kuno dalam banyak hal.

Namun bagaimanapun juga, para pemimpin Jepang akan segera menyadari bahwa penggunaan pedang masih memiliki peran bagi mereka.

Produksi Pedang Perang Dunia II

Seiring dengan berkembangnya kekuatan militer Kekaisaran Jepang, para pandai besi mulai kewalahan karena permintaan produksi yang tinggi. Apalagi mereka masih menggunakan metode pembuatan pedang tradisional.