Untuk menjawab permasalah ini, Kekaisaran Jepang mengadakan perekrutan pandai besi dalam skala besar. Kemampuan dan pengetahuan tentang penempaan pedang sudah tak menjadi syarat utama lagi.
Bahan yang digunakan juga berbeda dengan resep tradisional. Artinya, kualitas pedang ini lebih buruk dibanding katana klasik yang dibuat di masa lalu.
“Pedang terbaik dan paling berharga dibuat dari tamahagane, sementara yang lainnya dibuat dari baja puddled, jenis baja yang dibuat di Eropa dari akhir 1800-an hingga awal 1900-an,” kata Jolene.
Awalnya baja puddled diimpor untuk rel kereta api, namun kemudian dihemat untuk digunakan pada pedang, menjadikannya sebagai pengganti tamahagane.
Pedang Perang Dunia II
Jenis pedang yang digunakan tentara Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II dikenal sebagai Kyu Gunto dan Shin gunto.
Pedang Kyu Gunto biasanya juga disebut sebagai pedang Rusia-Jepang. Hal ini dikarenakan kemiripannya dengan pedang militer Eropa dan Amerika pada masa itu.
Pedang ini hanya diberikan kepada para perwira Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Kavaleri. Beberapa pedang dibuat secara tradisional dan yang lainnya dibuat dengan mesin.
Pada tahun 1935, militer Kekaisaran Jepang memunculkan pedang barunya, yang disebut Shin Gunto. Pedang ini merupakan pedang militer Jepang yang paling umum digunakan selama Perang Dunia II.
“Kemunculan Shin Gunto ditengarai meningkatnya nasionalisme dan kebanggaan Jepang yang mengharuskan mereka untuk kembali ke akarnya,” kata Jolene.
Ini berarti bahwa pedang militer yang baru memiliki kemiripan yang mencolok dengan pedang Samurai klasik, terutama tachi yang umum digunakan pada periode Kamakura (1185-1332).