Tragedi Pembantaian Singapura oleh Jepang di Perang Dunia II

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 23 Februari 2024 | 15:00 WIB
Pasukan Jepang menyerbu dan melakukan pembantaian di Rumah Sakit Alexandra, Singapura dalasejarah Perang Dunia II. (Wikimedia Commons)

Pasukan Inggris di Singapura, di bawah komando Letnan Jenderal Arthur Percival, tidak siap menghadapi kecepatan dan keganasan serangan Jepang.

Terlepas dari keunggulan jumlah mereka dan benteng pertahanan Singapura yang kokoh, pasukan Inggris terkejut dengan taktik yang digunakan Jepang, termasuk penggunaan sepeda untuk pergerakan pasukan yang cepat dan kemampuan mereka untuk bertempur secara efektif di medan hutan.

Pertempuran Singapura dimulai pada tanggal 8 Februari 1942, ketika pasukan Jepang, dipimpin oleh Jenderal Tomoyuki Yamashita, melancarkan serangan di bagian barat laut pulau tersebut.

Selama minggu berikutnya, pasukan Jepang terus bergerak ke selatan, mengatasi pertahanan Inggris melalui kombinasi taktik agresif dan perang psikologis. 

Pada tanggal 13 Februari, pasukan Jepang telah mencapai pinggiran kota, dan Rumah Sakit Alexandra berada dalam garis tembak. 

Peristiwa Brutal di Rumah Sakit

Hari Valentine 1942, hari yang seharusnya ditandai dengan ungkapan cinta dan kasih sayang, berubah menjadi mimpi buruk bagi para penghuni Rumah Sakit Alexandra.

Ketika pasukan Jepang maju menuju kota, sekelompok tentara menyerbu rumah sakit. Yang terjadi selanjutnya adalah kebrutalan yang mengerikan yang akan selamanya menggores catatan sejarah Singapura.

Rumah sakit, yang dipenuhi tentara yang terluka dan staf medis yang berdedikasi, tidak siap menghadapi serangan gencar.

Tentara Jepang, dengan mengabaikan hukum perang internasional yang melindungi fasilitas medis, melakukan pembunuhan besar-besaran dengan kejam. 

Pasien tak bersenjata di tempat tidur mereka, dokter, perawat, dan staf medis lainnya diserang tanpa pandang bulu.

Pembantaian terus berlanjut selama dua hari, meninggalkan pemandangan mengerikan yang tak terbayangkan.