Sejarah Dunia: Adakah yang Berhasil Selamat dari Letusan Vesuvius?

By Sysilia Tanhati, Senin, 26 Februari 2024 | 14:00 WIB
Letusan Vesuvius bisa digolongkan sebagai letusan gunung berapi paling terkenal dalam sejarah dunia. Adakah yang berhasil selamat dari bencana itu? (Matthäus Merian)

Nationalgeographic.co.id—Letusan Vesuvius bisa digolongkan sebagai letusan gunung berapi paling terkenal dalam sejarah dunia. Gunung Vesuvius mengubur Kota Pompeii di bawah longsoran puing-puing vulkanik pada tahun 79 M. Para sejarawan masih memperdebatkan tanggal pasti letusan tersebut. Namun secara tradisional letusan tersebut diidentifikasi pada tanggal 24 Agustus.

Kini, Pompeii dikenang sebagai kota yang membeku dalam waktu. Tapi ternyata tidak semua orang tewas dalam bencana tersebut. Faktanya, para ahli telah menemukan bukti bahwa para penyintas berhasil keluar dari Pompeii. Mereka kemudian membangun kembali kehidupan mereka di komunitas tetangga.

Kisah pilu dalam sejarah dunia: sebuah kota di malam kehancuran

Pompeii mungkin bukan pusat dunia Romawi kuno, namun tetap merupakan pusat penting di Campania. “Wilayahnya berbatasan dengan Teluk Napoli,” tulis Parissa Djangi di laman National Geographic.

Populasi Pompeii berkisar antara 6.400 dan 30.000 orang. Hal ini juga menarik perhatian para elite kuno, yang membeli properti di daerah sekitarnya. Dalam sejarah dunia, gempa bumi adalah bagian dari kehidupan di Campania. Faktanya, pada tahun 79 M, Pompeii masih melakukan pembangunan kembali setelah gempa bumi dahsyat yang mengguncang kota itu 17 tahun sebelumnya. Konon gempa bumi tersebut merusak atau menghancurkan banyak bangunan.

Jadi ketika tanah bergemuruh disertai serangkaian gempa pada akhir bulan Agustus, hal ini tidak langsung menimbulkan kekhawatiran. Namun, pada tanggal 24 Agustus, terlihat jelas bahwa Vesuvius sedang bergejolak.

Menghindari bencana

Pliny the Younger berusia sekitar 18 tahun pada saat bencana sohor dalam sejarah dunia itu terjadi. Tulisannya merupakan jendela kehidupan di dunia Romawi kuno. Dia bersama ibunya di vila pamannya di Misenum. Misenum adalah sebuah kota di seberang teluk Pompeii, sekitar 30 km sebelah barat Gunung Vesuvius.

Ketika letusan dimulai pada 24 Agustus, Pliny melihat awan gas dan puing-puing yang dimuntahkan dari Vesuvius. Ia menyamakan bulu-bulu yang aneh itu dengan “pohon pinus”.

Letusan Gunung Vesuvius menghancurkan kota-kota dan menewaskan ribuan orang. Termasuk komandan armada angkatan laut Romawi, Plinius yang Tua. Keponakannya menceritakan upaya si Pengamat Alam Romawi menyelamatkan diri dari letusan Vesuvius. (John Martin)

Orang-orang di Pompeii, 10 km dari gunung berapi, melihat awan aneh dan meresahkan yang sama. Jika mereka mengabaikan guncangan yang terjadi pada hari-hari sebelumnya, mereka tidak bisa mengabaikan dampaknya. Mereka yang segera melarikan diri dari Pompeii pada saat ini masih memiliki peluang untuk bertahan hidup. Sebaliknya, orang-orang yang ragu-ragu atau tertinggal tidak selamat.

Menjelang sore, batu vulkanik mulai menghujani Pompeii. Bebatuan itu menghancurkan bangunan dan menghantam siapa pun yang mencoba melarikan diri pada menit-menit terakhir. Abu, gas beracun, dan puing-puing mengubur Pompeii keesokan harinya.

Pliny dan ibunya termasuk di antara orang-orang di sekitar Teluk Napoli yang melarikan diri. Dia ingat bahwa, ketika kegelapan dan abu menyelimuti para penyintas, kekacauan pun merajalela.

“Anda mungkin mendengar jeritan perempuan, jeritan anak-anak, dan teriakan laki-laki. Mereka memanggil anak-anak, yang lain memanggil orang tua, yang lain memanggil suami. Semua berusaha mengenali satu sama lain melalui suara-suara yang menjawab.”

Pemandangan tersebut kemungkinan besar mirip dengan apa yang dialami oleh orang-orang yang berlomba dari Pompeii.

Setelah gunung berapi akhirnya tenang, Pliny dan ibunya kembali ke Misenum. Mereka beruntung. Bagi para penyintas Pompeii, tidak ada rumah yang bisa mereka gunakan untuk kembali.

Menelusuri jejak orang-orang yang selamat dari bencana sohor dalam sejarah dunia

Diperkirakan 2.000 orang di Pompeii tewas akibat letusan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ribuan lainnya mungkin selamat. Kemana mereka pergi?

Tujuan yang jelas bagi para penyintas Pompeii adalah kota-kota besar dan kecil di sekitar Campania. Di sana teman dan keluarga mungkin menawarkan perlindungan.

Neapolis, atau Napoli modern, kemungkinan besar adalah salah satunya. Salah satu buktinya adalah altar peringatan kuno di Rumania modern yang menghormati tentara yang gugur.

“Termasuk seorang perwira militer yang namanya telah hilang. Altar tersebut mengidentifikasi jika sang perwira pernah tinggal di Pompeii dan Neapolis,” tambah Djangi. Informasi ini menunjukkan bahwa dia pindah ke kota tersebut setelah bencana.

Dalam beberapa tahun terakhir, pakar ilmu klasik Steven L. Tuck menemukan bahwa setidaknya lima keluarga dari Pompeii pindah ke Neapolis setelah letusan. Dengan susah payah, ia menelusuri migrasi orang-orang yang mungkin selamat melalui nama keluarga mereka. Nama keluarga tersebut unik di Pompeii.

Tuck menemukan nama-nama ini pada prasasti makam di sekitar Campania setelah tahun 79 M. Komunitas lain yang menjadi rumah bagi orang-orang yang selamat dari Pompeii termasuk Cumae dan Puteoli.

Tuck juga menemukan bukti bahwa keluarga Pompeii yang tidak mempunyai hubungan darah menikah setelah letusan. Keluarga Licinii dan Lucretii, misalnya, tampaknya telah menikah di Cumae. Temuan ini menunjukkan bahwa mereka mungkin merupakan bagian dari komunitas Pompeian di sana.

Bantuan bencana

Pemerintah Romawi juga tampaknya telah turun tangan untuk memberikan dukungan bagi para penyintas Pompeii.

Titus, kaisar dari tahun 79 hingga 81 M, mulai bertindak setelah berita letusan Vesuvius sampai ke Roma. Menurut penulis biografi kuno Suetonius, Titus memperlihatkan kepedulian seorang kaisar. Ia bahkan menunjukkan kasih yang mendalam dari seorang ayah. Hal ini dilakukan oleh Titus dengan menyampaikan pesan simpati atau dengan memberikan semua bantuan keuangan yang ia bisa.

Tuck juga berargumen bahwa Titus mendukung proyek pembangunan untuk menampung masuknya orang-orang yang selamat dari Pompeii ke seluruh Campania. Misalnya, pembangunan kuil yang didedikasikan untuk para dewa yang disukai banyak orang di Pompeii untuk disembah. “Seperti Vulcan dan Isis,” imbuh Djangi.

Bencana sohor dalam sejarah dunia itu mungkin telah mengakhiri kehidupan banyak orang. Namun para penyintas Pompeii menemukan cara untuk membangun kembali setelah bencana tersebut.