Nationalgeographic.co.id—Salah satu musuh terkuat Kekaisaran Romawi adalah Viriathus dari Lusitania. Sejarah dunia mencatat bahwa suku Lusitania pernah berulang kali perang dengan Kekaisaran Romawi dan Viriathus yang tumbuh besar kemudian muncul dari kelompok musuh tersebut.
Sejarawan terkenal Theodor Mommsen membandingkan Viriathus dalam karyanya dengan pahlawan mitologi Homer. Prajurit Celtic-Iberia ini berasal dari suku Lusitania di Hispania pada zaman Romawi. Suku mereka menguasai wilayah yang setara dengan Portugal saat ini.
Viriathus berasal dari latar belakang yang sangat sederhana. Ketika dia masih muda, dia adalah seorang gembala dan menjalani hidupnya dengan sederhana.
Tidak diketahui kapan dia memperoleh kualitas yang menjadikannya seorang pejuang yang luar biasa di kemudian hari. Namun kehidupannya yang hampir nomaden di perbukitan dan alam liar pasti membuat fisiknya kuat.
Sejatinya, Suku Lusitania sudah terus-menerus bentrok dengan Romawi mulai abad ke-3 SM, ketika Roma mulai merebut wilayah ini sebagai perpanjangan dari penaklukan mereka atas Kartago, yang menguasai beberapa bagian Hispania Selatan/Iberia pada saat itu. Karena kesalahan pemerintahan Roma pada tahun-tahun berikutnya, suku Lusitania memberontak pada sekitar tahun 194 SM.
Di masa mudanya, Viriathus adalah bagian dari sekelompok besar orang yang menyerah kepada Roma pada tahun 150 SM dengan imbalan perdamaian. Namun mereka dikhianati dan seluruh kelompok warga Lusitania, termasuk wanita dan anak-anak, dibantai.
Viriathus entah bagaimana lolos dan untuk membalas kekejaman ini. Dia kemudian mengumpulkan banyak suku untuk melawan Roma di kemudian hari.
Dia berhasil memerintahkan pasukannya meraih banyak kemenangan melawan Roma antara tahun 147 SM sampai 139 SM. Sayangnya, dia dibunuh oleh tiga temannya dari pasukannya yang disuap oleh Roma. Viriathus kini dirayakan secara luas di Portugal sebagai salah satu simbol kebanggaan dan keberanian mereka.
Penderitaan Suku Lusitania
Secara umum bangsa Celtic-Iberia dengan gigih menentang Romawi, meskipun selama bertahun-tahun beberapa di antaranya berdamai dengan Roma.
Orang-orang Lusitania pada awalnya juga terus berjuang melawan Kekaisaran Romawi. Namun karena bosan dengan perang yang terus-menerus, pembakaran rumah, pembantaian dan perbudakan rakyatnya, suku Lusitania menginginkan perdamaian.
Tersiar kabar di desa-desa bahwa utusan Lusitania telah pergi ke Kaisara Galba, penguasa Romawi, dan memintanya untuk memperbarui perjanjian damai sebelumnya. Dengan penuh simpati, Galba menjawab bahwa dia mengerti alasan suku Lusitania berperang.