Hingga abad ke-16, perbedaan kecil dari kalender Julian menyebabkan tanggal-tanggal penting, termasuk hari raya, menyimpang sekitar 10 hari.
Paus Gregorius XIII mendapati situasi ini tidak dapat dipertahankan. Maka, kalender Gregorian pun digunakan pada tahun 1582.
“Paus Gregorius mereformasi kalender dan mereka mengurangi sepuluh hari dari bulan Oktober tahun itu,” kata Evans. “Kemudian mereka mengubah aturan hari kabisat untuk memperbaiki masalah tersebut.”
Kalender alternatif modern
Bahkan saat ini, beberapa kalender mengabaikan tahun kabisat yang dimaksudkan agar kita tetap sesuai dengan orbit kita. Sementara kalender lainnya mengabaikan matahari sama sekali.
Misalnya, kalender Hijriah. Kalender ini menggunakan sistem lunar yang hanya berjumlah 354 hari dan bergeser sekitar 11 hari dari kalender Masehi setiap tahunnya.
Meskipun Tiongkok menggunakan kalender Gregorian untuk keperluan resmi, kalender lunisolar tradisional masih populer dalam kehidupan sehari-hari.
Kalender ini mengikuti fase bulan dan menerapkan seluruh bulan kabisat setiap tiga tahun sekali.
“Orang-orang bisa terbiasa dengan sistem kalender apa pun. Namun begitu mereka terbiasa, hal yang tampaknya membuat mereka gusar adalah ketika ada sesuatu yang diubah,” kata Evans.
Komplikasi di masa depan
Sistem kalender Gregorian menjadikan pecahan hari pada tahun matahari dan kalender tahun kabisat hampir sama dengan sesekali melewatkan hari kabisat.
Sistem ini menghasilkan rata-rata panjang tahun 365,2425 hari, hanya setengah menit lebih lama dari tahun matahari.
Dengan kecepatan seperti itu, diperlukan waktu 3.300 tahun sebelum kalender Gregorian berpindah satu hari pun dari siklus musiman kita.
Artinya, generasi mendatang pada akhirnya akan mengambil keputusan mengenai tahun kabisat.
“Jadi 3.000 tahun dari sekarang, orang mungkin memutuskan untuk mengubahnya,” kata Lowe. “Kita hanya harus menunggu dan melihat.”