Ketika Nanas Jadi Simbol Status Kekayaan di Sejarah Dunia Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 1 Maret 2024 | 13:00 WIB
Sebuah lukisan yang berasal dari 1675 mengisahkan seorang tukang kebun kerajaan menghadiahkan Charles II sebuah nanas pertama yang ditanam di Inggris. ( HENDRIK DANCKERTS / WIKIMEDIA COMMONS (DOMAIN PUBLIK))

Sekembalinya ke Eropa, Columbus membawa beberapa barang, antara lain burung beo jinak, tomat, tembakau, labu, dan beberapa nanas.

Buah eksotik ini dengan cepat menjadi populer di Eropa. Namun, karena perjalanan yang panjang melintasi Atlantik dan kurangnya fasilitas penyimpanan dingin di kapalnya, sayangnya banyak dari nanas tersebut yang rusak.

Oleh karena itu, nanas hanya tersedia dalam jumlah kecil dan hanya orang kaya yang mampu membeli buah eksotis dan lezat ini. 

Nanas Bisa Disewa di Sejarah Dunia Kuno

Pemilik nanas sebenarnya enggan memakannya karena berarti melepaskan simbol status tersebut. Sebaliknya, mereka digunakan sebagai hiasan utama di meja perjamuan atau sebagai karya seni di rak. Hanya ketika mereka mulai membusuk barulah mereka benar-benar dimakan.

Orang-orang miskin yang ingin membuat teman-temannya iri dengan kemewahan mereka dapat menyewa satu untuk malam ketika mereka sedang mengadakan pesta makan malam di salah satu dari banyak toko "penyewaan nanas". 

Seiring waktu, simbolisme yang terkait dengan nanas berubah, dan buah ini menjadi lambang keramahtamahan dan kemurahan hati.

Di era Victoria, munculnya kapal uap memungkinkan penyeberangan samudera menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan impor nanas secara massal.

Akibatnya, nanas tersedia untuk semua kelas sosial, sehingga mengurangi status mereka sebelumnya sebagai simbol kekayaan.