Ketika Nanas Jadi Simbol Status Kekayaan di Sejarah Dunia Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 1 Maret 2024 | 13:00 WIB
Sebuah lukisan yang berasal dari 1675 mengisahkan seorang tukang kebun kerajaan menghadiahkan Charles II sebuah nanas pertama yang ditanam di Inggris. ( HENDRIK DANCKERTS / WIKIMEDIA COMMONS (DOMAIN PUBLIK))

Nationalgeographic.co.id—Di zaman modern ini, nanas merupakan buah yang umum dikonsumsi. Namun tahukah Anda jika buah tropis ini pernah dianggap sebagai simbol kekayaan dan status dalam sejarah dunia kuno?

Berabad-abad yang lalu, memiliki nanas menunjukkan kemakmuran karena kelangkaannya. Nanas, yang dibudidayakan selama berabad-abad, awalnya merupakan tanaman tropis asli Amerika Selatan.

Selama pelayaran keduanya ke Dunia Baru pada tanggal 4 November 1493, Christopher Columbus tiba di darat, pulau Karibia yang kini ia beri nama Santa Maria de Guadelope. Pada saat itu, dia juga menemukan buah nanas (Ananas comosus).

Christopher Columbus merupakan sosok heroik yang telah lama dimuliakan dalam sejarah Amerika sebagai penjelajah pertama yang membangun kehadiran Eropa di Dunia Baru.

Dunia Baru merupakan istilah pendudukan dan eksplorasi Eropa yang dilakukan di Benua Amerika.

Nanas Jadi Simbol Status Kekayaan di Sejarah Dunia Kuno

Dalam sejarah dunia kuno, buah nanas merupakan simbol kekayaan. (Ancient Pages)

Christopher Columbus dan anak buahnya belum pernah melihat nanas sebelumnya. Dia menamai buah itu 'pina' karena kemiripannya dengan buah pinus.

Columbus dan anak buahnya bersikap skeptis dan berhati-hati ketika penduduk asli Amerika mendekati mereka dengan kano, membawa air bersih dan makanan untuk diperdagangkan. 

Awalnya, para pria tersebut ragu karena menganggap makanan lokal tersebut berpotensi menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Namun, mereka menganggap nanas itu menarik.

Buah-buahan pertama yang ditemukan di Guadelope adalah jenis nanas yang kecil dan liar, namun ada nanas budidaya berukuran besar yang bahkan lebih lezat.

Masyarakat Tupinambá memakan nanas segar, memanggangnya di atas api, mengeringkannya, dan membuat anggur dari nanas tersebut.

Selain memanfaatkan nanas sebagai makanan, mereka juga memanfaatkannya sebagai obat, membuat serat dari jaring dan anyaman daun, serta menggunakannya untuk membuat racun bagi mata panah mereka.

Pada saat Columbus tiba di Dunia Baru, aktivitas penduduk asli Amerika selama berabad-abad telah menyebarkan nanas ke Brasil, Guyana, Kolombia, sebagian Amerika Tengah, dan Hindia Barat.

Dalam sejarah dunia kuno, orang yang sangat kaya saja bisa mendapatkan satu nanas. Karena metode budidaya penduduk asli tampak sembarangan dan bahkan tidak terlihat oleh orang Eropa, keterampilan yang ditanamkan penduduk asli Amerika dalam mengembangkan berbagai spesies nanas tidak dihargai.

Sebaliknya, spesies nanas dianggap oleh para pendatang baru sebagai anugerah alam yang berlimpah, anugerah dari pemeliharaan ilahi.

Bagi Columbus dan para pengikutnya, nanas menjadi simbol dari segala sesuatu yang menakjubkan, eksotik, diinginkan dan raja buah-buahan.

Dikutip Ancient Pages, banyak petualang yang menyatakan apresiasi mendalam terhadap buah ini, menggambarkannya dalam deskripsi yang paling hidup dan jelas.

Antonio Pigafetta dari Venesia, yang berlayar keliling dunia bersama Magellan, mencatat bahwa "Sebenarnya ini adalah buah paling enak yang dapat ditemukan… lebih enak daripada apel yang diberi gula." 

Menurut penjelajah Perancis Jean de Léry, "Para dewa mungkin akan menyukainya dan hanya boleh dikumpulkan di tangan Venus."

Sementara Sir Walter Raleigh menulis bahwa: "Orang-orang Spanyol bersumpah bahwa Pinas di Guyana adalah apel yang Hawa menggoda Adam dengan: tetapi memang benar bahwa tidak seorang pun dapat mengungkapkan dengan kata-kata keunggulan buah itu, sejauh buah itu melebihi yang lainnya."

Nanas muncul dalam mitos dan legenda sebagai buah yang dihargai. Nanas juga sering ditempatkan di tumpah ruah.

Tumpah ruah adalah wadah berongga berbentuk tanduk yang sering digambarkan dalam lukisan dan jalur yang berisi banyak buah, koin, bunga, biji-bijian, kacang-kacangan, atau benda lain yang diinginkan. 

Sekembalinya ke Eropa, Columbus membawa beberapa barang, antara lain burung beo jinak, tomat, tembakau, labu, dan beberapa nanas.

Buah eksotik ini dengan cepat menjadi populer di Eropa. Namun, karena perjalanan yang panjang melintasi Atlantik dan kurangnya fasilitas penyimpanan dingin di kapalnya, sayangnya banyak dari nanas tersebut yang rusak.

Oleh karena itu, nanas hanya tersedia dalam jumlah kecil dan hanya orang kaya yang mampu membeli buah eksotis dan lezat ini. 

Nanas Bisa Disewa di Sejarah Dunia Kuno

Pemilik nanas sebenarnya enggan memakannya karena berarti melepaskan simbol status tersebut. Sebaliknya, mereka digunakan sebagai hiasan utama di meja perjamuan atau sebagai karya seni di rak. Hanya ketika mereka mulai membusuk barulah mereka benar-benar dimakan.

Orang-orang miskin yang ingin membuat teman-temannya iri dengan kemewahan mereka dapat menyewa satu untuk malam ketika mereka sedang mengadakan pesta makan malam di salah satu dari banyak toko "penyewaan nanas". 

Seiring waktu, simbolisme yang terkait dengan nanas berubah, dan buah ini menjadi lambang keramahtamahan dan kemurahan hati.

Di era Victoria, munculnya kapal uap memungkinkan penyeberangan samudera menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan impor nanas secara massal.

Akibatnya, nanas tersedia untuk semua kelas sosial, sehingga mengurangi status mereka sebelumnya sebagai simbol kekayaan.