Belajar dari Pengalaman, Kisah Warga Menjaga Gua Pindul dan Sungai Oya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 29 Februari 2024 | 18:00 WIB
Sebagai objek wisata alam populer, Gua Pindul telah belajar dari pariwisata masif yang mengancam biota yang terkandung di dalamnya. Masyarakat Desa Bejiharjo dan operator-operator lokal bergotong royong untuk menjaga kelestariannya dengan membatasi jumlah kunjungan. (Wirawisata)

Meski demikian, soal kebersihan, masyarakat Bejiharjo berkesadaran penuh menjaga lingkungannya. Ari Purnawan (41 tahun), Ketua Operator Wirawisata Gua Pindul mengatakan, biasanya Gua Pindul dan Sungai Oya dibersihkan secara gotong royong oleh warga desa dan semua operator wisata.

"Setiap seminggu sekali atau sekali dua minggu, masing-masing operator mengutus sejumlah anggotanya untuk kerja bakti bersih-bersih," terang Ari. "Ini kan rumah kita, desa kita. Kita pasti harus jaga kebersihannya, walau tour operator-nya beda-beda. [Kita] Cukup [saling] bersaing saja. Urusan kebersihan itu sama-sama."

Susur Sungai Oya. Sungai ini mengalir berkilo-kilometer jauhnya sampai bermuara di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Di Gunungkidul, sungai ini menjadi destinasi wisata yang dijaga kelesatariannya oleh warga setempat. (Wirawisata)

Semua operator wajib menyetorkan sampah plastik dan daur ulang ke BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Ari menjelaskan, setiap kali ada tamu yang datang secara rombongan akan dikumpulkan di balai Wirawisata untuk briefing. Setelah itu, rombongan tamu akan berangkat, sedangkan yang ada di balai akan mengumpulkan sampah.

Rutinnya, semua sampah di tempat sampah dikumpulkan dan dipisahkan. Residu yang tidak bisa didaur ulang akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Uniknya, terdapat warung milik warga desa di Sungai Oya yang telah bekerja sama dengan berbagai operator, termasuk Wirawisata. Wisatawan yang menyisiri sungai Oya jelas tidak membawa uang tunai untuk jajan, sehingga diperbolehkan berhutang, dan hanya wisatawan yang boleh berhutang. Pembayaran baru dilakukan di balai ketika wisatawan bisa membawa uang.

Dengan demikian, wisatawan tidak perlu jajan dari tempat luar dan dibawa ke tempat objek wisata. Jajanan dari luar akan memberi kesempatan wisatawan bandel untuk membuang sampah sembarangan. Dengan sistem yang diterapkan di Bejiharjo, operator dan warga punya peran dalam menjaga kebersihan lingkungannya.

Berbeda dengan Sungai Oya, aliran di Sungai Gua Pindul begitu bersih dan jernih. "Soalnya di sini banyak ikannya, mas," terang Darwin sembari menjaga pelampung ban kami supaya tidak terbentur dinding gua.

"Ikan-ikan seperti lele, nila, hidup membersihkan air gua. Mereka juga sering makan kotoran-kotoran kelelawar [yang bertengger di langit-langit gua] yang jatuh," lanjut Darwin. Aliran air di dalam Gua Pindul pun tak deras, namun cukup untuk membawa kami dari pintu masuk ke pintu keluar gua.

Gua Pindul bukan gua yang besar. Hanya 350 meter panjangnya. Ketika objek wisata alam ini populer, kunjungan wisatawan pernah membludak. Pada 2013, misalnya, jumlah kunjungan yang tidak terkontrol mengakibatkan ancaman berkurangnya biota laut.

"Dulu ramai itu satu hari sampai bisa menampung 3.000 lebih pengunjung. Itu per operator, loh ya," kata Ari. Atas kekhawatiran itu, setiap operator kini menyepakati untuk membatasi jumlah pengunjung 1.500 pengunjung per operator. Tantangannya semakin berat ketika dunia pariwisata sempat lumpuh akibat pandemi COVID-19 pada 2020.

Ari dan rekan-rekan di Wirawisata mempertimbangkan bagaimana bisa menghidupi perekonomian masyarakat yang membutuhkan kunjungan wisatawan, sembari menjaga keberlanjutan Gua Pindul dan Sungai Oya.

"Bedanya kami dengan operator-operator lainnya, kami adalah operator yang tempatnya beroperasi lebih dalam [dekat Objek Wisata Alam] dibandingkan yang lain," kata Ari.

Wirawisata merupakan salah satu penerima CSR dari Bakti BCA. Ari dan rekan-rekan sesama warganya saling bekerja sama untuk menyediakan wisata berkualitas. Untuk terhindar dari pariwisata masif, satu grup rombongan minimal lima orang.

Peraturan juga dipertegas dengan larangan membawa makanan dan minuman, kecuali yang disediakan operator. Di sisi lain, Wirawisata menyediakan paket berlibur untuk anak sekolah untuk mengenal budaya, kehidupan desa dengan agrowisata, dan sajian-sajian makanan khusus vegetarian. 

"Kami sekarang berpikir untuk kualitas, bukan kuantitas," pungkasnya.