Catur Datu, Empat Elemen Keseimbangan dari Falsafah India Kuno

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 2 Maret 2024 | 09:20 WIB
Empat pendeta Hindu. Masyarakat India kuno memahami empat elemen dasar sebagai pembentuk kehidupan. Empat elemen atau catur datu ini berkembang menjadi falsafah kehidupan yang seimbang. (rawpixel.com)

Nationalgeographic.co.id - Sebelum mengenal atom sebagai fondasi suatu benda, pemikir awal peradaban umat manusia telah memikirkan elemen dasar dari kehidupan. Di India kuno, para pemikir dan ahli teologi meyakini bahwa materi terdiri dari empat elemen atau catur datu, yakni air, api, tanah, dan udara.

Pemikiran ini tidak hanya berlaku di India kuno, melainkan juga di Yunani pra-Socrates. Misalnya, Empedokles (sekitar 494-434 SM) yang dikenal sebagai filsuf pluralisme, meyakini bahwa zat dasar kehidupan adalah air, api, tanah, api, dan udara.

Secara ilmu pengetahuan, empat elemen ini tidak berlaku lagi, terutama dengan adanya daftar tabel periodik kimia. Meski demikian, pengetahuan empat elemen ini adalah dasar pemikiran awal penemuan materi-materi kecil yang kelak ditemukan oleh ilmuwan Barat. 

Dalam kebudayaan India kuno, empat elemen catur datu masih berlaku sebagai falsafah India kuno untuk spiritualitas. Mereka menganggap bahwa kehidupan ini berasal dari empat elemen yang saling berkaitan. Kemudian, oleh para pemikir dan rohaniawan agama Hindu dan Buddha, keempat elemen ini menjadi falsafah untuk menemui keseimbangan dan pencerahan.

"Di India kuno, ini bukan ide Buddhis melainkan ide India kuno (dan juga fisika Barat), mereka berbicara tentang ada empat atau lima elemen: bumi, air, api, udara, ruang. Tubuh kita terdiri dari unsur-unsur tersebut," terang Thubten Chodron, biarawati Buddha Tibet di Amerika Serikat dalam forum tanya jawab di BBCorner.

Empat elemen dasar ini menjadi falsafah atau dasar pemikiran dalam bertindak dalam agama Buddha. "Secara pribadi, saya lebih suka melihat elemen-elemen ini sebagai kualitas. Saya merasa itu jauh lebih mudah. Tubuh kita punya semua kualitas ini, dan ketika kualitas ini tidak seimbang, maka kita jatuh sakit," lanjut Chodron. 

Empat elemen dasar juga bisa diartikan dengan berbeda dalam memahami masing-masing sifatnya, tetapi masih serupa. Melansir Nichiren Buddhism Library, tanah atau bumi bisa dipahami dengan sifat padat, air dengan kelembapan, api bersifat panas, dan udara sebagai gerak.

Masing-masing berfungsi sebagai cara kerja alam semesta, yakni menopang dan melestarikan kehidupan, mengumpulkan dan menampung, untuk mematangkan, dan menumbuhkan.

Dalam falsafah India kuno yang diterapkan dalam meditasi, ketidaharmonisan dari keempat elenen dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit. Namun, jika dimaknai pada keseluruhan alam, ketidakharmonisan berarti ketidakseimbangan alam yang menyebabkan malapetaka.

Pemahaman empat elemen dan sifatnya ini terpatri dalam Satipatthana Sutta, kitab yang dipelajari dalam kanon Buddha aliran Theravada. Bhikkhu Sujato menjelaskan dalam A history of Mindfulness, kitab ini disusun dari unsur-unsur sutta lain sebelum abad ke-20.

Mengenai empat elemen, Bhikkhu Anālayo dalam Four Element Meditation (2020) menjelaskan, beberapa khotbah yang terkandung di dalam Satipatthana Sutta menganjurkan empat elemen sebagai bagian perenungan kita terhadap tubuh.

Empat elemen kehidupan dari Manuskrip BL Harley. Empat elemen atau catur datu tidak hanya diyakini oleh masyarakat India kuno, tetapi oleh berbagai pemikir di peradaban Barat. (British Library)