Bagaimana Ritual Seppuku Menjadi Populer di Kekaisaran Jepang?

By Tri Wahyu Prasetyo, Minggu, 3 Maret 2024 | 17:00 WIB
Sejarah seppuku tidak jelas dan sulit untuk melacak awal dari ritual bunuh diri terhormat. Ritual ini biasa dilakukan para samurai di Kekaisaran Jepang. (Utagawa Kuniyasu)

Pada tahun 1945, menjelang kekalahan Jepang, sejumlah perwira militer dan warga sipil melakukan seppuku. Ritual ini masih dianggap sebagai tindakan kehormatan yang dilakukan oleh individu untuk menghindari malu atau untuk menunjukkan kesetiaan yang kuat terhadap prinsip atau pemimpin.

Selain itu, pasca Perang Dunia II, masih terdapat laporan tentang orang-orang yang melakukan seppuku. Salah satu yang dikenal luas adalah kejadian pada November 1970.

“Yukio Mishima (1925-1970), seorang penulis, penulis naskah, aktor, sutradara film, dan pendiri Perhimpunan Perisai ('Tatenokai'), sebuah milisi swasta di Jepang yang didedikasikan untuk nilai-nilai tradisional Jepang dan pemujaan terhadap Kaisar, memutuskan untuk bunuh diri,” 

Mishima, yang juga ahli dalam seni bela diri, adalah seorang pria kontroversial. Dia sangat menghormati nilai-nilai Kode Bushido. 

Pada tahun 1970, dia dan tiga anggota milisinya melakukan percobaan. Ketika mereka menguasai pangkalan militer Jepang dan menyandera komandannya, tetapi gagal.