Nationalgeographic.co.id—Perlawanan Boudica lahir ketika Kekaisaran Romawi melakukan penganiayaan dan tindakan sewenang-wenang terhadap dirinya dan rakyatnya.
Ratu Inggris dari suku Celtic Iceni ini memberontak melawan Roma ketika dia dianiaya secara kejam oleh tentara Romawi pada sekitar tahun 60/61 M. Suku Iceni mendiami wilayah yang setara dengan wilayah Norfolk saat ini, bersama dengan beberapa wilayah lain di daerah sekitarnya.
Boudica, terkadang dieja sebagai Boudicca atau Boadicea, tampaknya dilahirkan dalam keluarga bangsawan. Dia dibesarkan di sebuah tempat bernama Camulodunum yang sekarang menjadi Colchester. Ketika dewasa, Boudica menikah dengan Prasutagus, raja suku Iceni. Bersamanya, dia memiliki dua anak perempuan.
Ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan bagian selatan Kepulauan Inggris pada sekitar tahun 43 M, Prasutagus diizinkan memerintah sebagai sekutu independen Roma.
Dia mewariskan kerajaannya kepada kedua putrinya dan kepada Kaisar Romawi sesuai wasiatnya. Namun, ketika Prasutagus meninggal, Roma mencaplok kerajaannya sepenuhnya. Dan saat mencaplok kerajaan Inceni, pasukan Kekaisaran Romawi secara terbuka mencambuk Boudica dan memperkosa kedua putrinya.
Sang Ratu tidak menyerah begitu saja. Dia memberontak dengan pasukannya dan membantai sekitar 70 hingga 80 ribu tentara Romawi sambil menodai beberapa benteng Romawi.
Namun, Gubernur Romawi Gaius Suetonius Paulinus segera mengumpulkan kembali pasukannya dan mengalahkan pasukan Boudica.
Ratu pemberani itu kemudian mungkin mengakhiri hidupnya dengan meminum racun. Saat ini dia adalah pahlawan nasional di Inggris dan simbol keberanian dan ketabahan.
Gambaran Kekuatan Wanita dan Sosok Boudica
Dalam masyarakat Kekaisaran Romawi yang sangat patriarkal, fakta bahwa seorang wanita berhasil membunuh begitu banyak orang Romawi dianggap sebagai pukulan besar.
“Dua kota dijarah, delapan puluh ribu tentara Romawi dan sekutunya binasa, dan pulau itu hilang dari Roma. Terlebih lagi, semua kehancuran ini disebabkan oleh seorang wanita, sebuah fakta yang membuat mereka sangat malu," tulis Dio dalam Roman History (terjemahan oleh Earnest Cary, melalui The University of Chicago).
Satu-satunya gambaran fisik Boudica yang bertahan berasal dari Dio. Meskipun mungkin tidak akurat, hal ini meninggalkan kesan kepada pembaca bahwa Boudica adalah pemimpin perang yang gigih.