Bara Imambara Kekaisaran Mughal, Bangunan Penyelamat di Masa Paceklik

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 9 Maret 2024 | 16:00 WIB
Bara Imanbara di Lucknow. India utara. (Via Ancient Origins)

Nationalgeographic.co.id—Bara Imambara, atau Imambara "Agung" di Lucknow, India utara, merupakan sebuah bukti dari kecerdikan dan welas asih manusia. 

Kompleks ini dibangun pada masa kelaparan yang dahsyat pada abad ke-18. Menariknya, arsitektur ini tidak hanya berfungsi sebagai sebuah tempat ibadah, tetapi juga sebuah mercusuar harapan dan sumber pekerjaan bagi ribuan orang.

Hingga hari ini, imambara ini dipenuhi oleh kerumunan orang yang terpukau oleh kemegahan dan keindahan dari monumen besar ini.

Bara Imambara: Bantuan Kelaparan

Pada tahun 1784, Awadh (Uttar Pradesh saat ini) dilanda bencana kelaparan yang luar biasa. Saking begitu parahnya, bencana ini tidak hanya berdampak pada rakyat jelata saja, namun banyak juga para bangsawan yang jatuh miskin.

Bencana ini telah membuat orang-orang tidak memiliki pekerjaan dan makanan untuk menyambung hidup.

Di tahun yang sama, Nawab Asaf-ud-Daula, merespon kelaparan akut yang melanda wilayahnya dengan membangun Bara Imambara. Dia adalah seorang bangsawan muslim yang ditunjuk Kaisar Mughal untuk menjadi Nawab (penguasa) Awadh. 

“Dikenal akan kemurahan hatinya,  Asaf-ud-Daula melakukan proyek-proyek konstruksi yang ambisius untuk menciptakan lapangan pekerjaan selama masa sulit,” tulis Cecilia Bogaard, pada laman Ancient Origins.

Sang Nawab tidak ingin memberikan tunjangan gratis kepada para pekerja yang menganggur. Baginya, orang-orang haruslah mencari nafkah, tidak bergantung pada derma. Hal inilah yang membuatnya memutuskan untuk membangun sebuah aula doa terbesar di negara itu.

Dipercaya bahwa tempat yang dipilih oleh Nawab dari Awadh untuk membangun Bara Imambara adalah gubuk seorang wanita tua. Wanita ini memiliki sebuah tazia kecil–replika dari bangunan suci Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad–yang saat ini disimpan di Imambara.

Kifayatullah dari Shahjahanabad (sekarang Delhi), dipilih sebagai arsitek yang mendesain bangunan paling ambisius ini.

Kifayatullah tidak menerima sepeser pun dari Nawab untuk jasanya. Ia hanya meminta tanah untuk pemakamannya sebagai biaya. Ia dimakamkan, bersama dengan Nawab, di aula tengah Bara Imambara.