Sejarah Dunia: Bagaimana Orang Kuno Mencuci Rambut Sebelum Sampo

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 5 Maret 2024 | 13:00 WIB
Bagaimana orang-orang zaman kuno melakukan perawatan rambut mereka? Ilustrasi lukisan di dinding makam Nebamun, abad ke-14 SM. (Wikimedia Commons)

 

Nationalgeographic.co.id—Kemunculan sampo komersil di awal abad ke-20 telah mengubah kehidupan manusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa yang dilakukan orang zaman dahulu sebelum adanya sampo? Apakah mereka hanya menggunakan air, sabun, atau yang lainnya?

Melalui beberapa sumber yang ada, orang-orang di zaman dahulu telah merawat rambut mereka dengan berbagai cara dan ramuan.

Bahkan, di Abad Pertengahan–banyak orang menganggap mandi berdampak buruk pada kesehatan–mereka tetap memperhatikan rambut mereka.

Perawatan Rambut di Zaman Kuno

“Ribuan tahun yang lalu, ada berbagai macam pandangan tentang cara mencuci dan merawat rambut,” jelas Elizabeth Lundin, pada tulisannya di laman History Things

Di Sumeria, menurut informasi yang tersedia, kebanyakan orang mencuci tanpa sabun dan meminyaki rambut mereka agar terlihat berkilau. Untuk menyamarkan bau, para wanita akan menaruh berbagai wewangian di kepala mereka.

Di Tiongkok Kuno, orang-orang menggunakan tanaman Cedrela, tanaman kayu wangi yang saat ini digunakan untuk membuat kotak cerutu, untuk mencuci rambut mereka.

Berbeda dengan di Mesir Kuno, mereka tidak mengeramasi rambut. Mereka menghabisi rambut mereka untuk menghindari kutu rambut. 

Namun, Lundin menjelaskan, mereka mengenakan rambut palsu, yang sering mereka cuci dengan menggunakan jus jeruk. 

“Setelah dicuci, mereka mengoleskan ramuan minyak almond sebagai kondisioner,” jelas Lundin.

Orang Yunani dan Romawi menggunakan minyak zaitun untuk mengkondisikan rambut mereka dan menjaganya tetap lembut, dan cuka untuk menjaganya tetap bersih dan mencerahkan warnanya.

Perawatan Rambut Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan, mandi adalah pekerjaan yang sangat merepotkan, dan bahkan dianggap tidak sehat, sehingga orang jarang melakukannya. 

Meskipun demikian, menurut Lundin, di beberapa bagian Eropa, para wanita masih memperhatikan tampilan rambut mereka.

Beberapa dari mereka, mengoleskan ramuan penumbuh rambut dari roti jelai yang dibakar, garam, dan lemak beruang.

Sementara yang lain, lebih suka mencampur teh dengan susu kambing, kulit kayu elm, akar willow, dan akar alang-alang, untuk mencuci rambut mereka. Hal ini diharapkan dapat membuat rambut menjadi lebih tebal.

Metode pencucian rambut lainnya termasuk cuka, air rosemary, jelatang, mint, thyme, dan beberapa herbal lainnya.

“Selama periode Renaisans, wanita di Italia mencuci rambut mereka dengan sabun alkali, dan kemudian menggunakan lemak daging dan licorice untuk mengkondisikan rambut mereka,” jelas Lundin.

Perawatan Rambut Abad ke-18: Rambut palsu berlimpah

Selama tahun 1700-an dan 1800-an, bagi orang-orang kaya wig adalah segalanya. Bukan sembarang wig, mereka mengenakan berbagai macam wig dengan ukuran jumbo dan berwarna.

“Kebanyakan berwarna putih, tapi wanita juga suka memakai warna-warna pastel seperti merah muda, biru, dan bahkan lavender,” kata Lundin. “Semakin kaya Anda, semakin besar wig Anda.”

Seiring berjalannya waktu, orang yang lebih kaya memakai wig yang lebih tinggi. Biasanya berbahan rambut manusia asli atau dengan rambut kambing dan kuda.

Yang paling terkenal adalah Countess of Matignon. Wanita Prancis ini membayar penata rambut untuk membuatkan wig barunya setiap hari.

Era Victoria: Telur di mana-mana

Selama Era Victoria, yang berlangsung dari sekitar tahun 1837 hingga 1901, terjadi perubahan signifikan dalam pandangan terhadap kebersihan dan kesehatan. Hal ini termasuk praktik mandi.

Ribuan dokter turun ke jalan, memproklamirkan manfaat kesehatan dari mandi ke seluruh dunia. Orang-orang Victoria terkenal terpesona dengan produk-produk industri baru dan tren kesehatan.

Mencuci rambut dengan alkali masih umum dilakukan oleh masyarakat pada saat itu, namun segera pemanfaatan telur muncul sebagai tren baru. 

Sekarang, sekitar sebulan sekali (seperti jumlah yang disarankan), Lundin menjelaskan, “para wanita akan memecahkan telur di atas kepala mereka, menggosokkan telur yang lengket hingga berbusa di rambut mereka, dan kemudian membilasnya.”

Sabun Castille juga merupakan pilihan yang populer, seperti halnya "Ivory Soap" dari P&G, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1859 oleh William Procter dan James Gamble. "Macassar oil", minyak yang terbuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak dari bunga yang disebut "ylang-ylang", digunakan sebagai kondisioner yang populer.

Revolusi Sampo Tahun 1930-an

Akhirnya, pada tahun 1930, di Springfield Massachusetts, Dr. John H. Breck mendirikan Breck Shampoo. Dia menjadi salah satu pelopor dalam memperkenalkan sampo komersial ke pasar massal.

Berkat iklannya yang cerdas, sampo komersial mulai digunakan sebagai produk pencuci rambut. Dengan slogan produk “setiap wanita berbeda”, pada tahun 1950-an, sampo buatannya tersedia hampir di semua tempat. 

Perusahaan-perusahaan lain dengan cepat mengikutinya, dan industri perawatan rambut pun tercipta. Sejak saat itu, penggunaan sampo komersial telah menjadi kebiasaan umum bagi banyak orang di seluruh dunia, menjadi bagian penting dari rutinitas perawatan pribadi mereka.