Kisah Pilu Kematian Kuda Aleksander Agung di Sejarah Dunia Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 13 Maret 2024 | 09:00 WIB
Bucephalus adalah kuda kesayangan Aleksander Agung dalam sejarah dunia kuno. (Public domain)

Keberanian serta ketangguhan kuda ini mirip dengan penunggangnya. Hal ini membuat mereka bersama-sama menghadapi tantangan peperangan melintasi wilayah yang luas di sejarah dunia kuno.

Bucephalus lebih dari sekedar alat transportasi raja Makedonia. Kehadirannya di medan perang memberikan Aleksander keuntungan psikologis, menginspirasi pasukannya dan mengintimidasi musuh-musuhnya.

Salah satu contoh keberanian Bucephalus yang paling menonjol adalah selama Pertempuran Hydaspes pada tahun 326 SM.

Pasukan Aleksander menghadapi kekuatan Raja Porus yang tangguh. Di sana, Bucephalus memainkan peran penting dalam kemenangan tersebut. Meski mengalami luka parah, kuda itu membawa Aleksander melewati tengah pertempuran, menunjukkan keberanian dan stamina yang luar biasa.

Sepanjang kampanye mereka, Aleksander dan Bucephalus mengembangkan ikatan yang tak tergoyahkan. Kuda itu tidak mengizinkan siapa pun menungganginya, dan Aleksander secara implisit memercayainya.

Hubungan antara penunggang dan kudanya menjadi legenda, yang  melambangkan kekuatan kesetiaan dan kekuatan tujuan bersama.

Inilah sebabnya mengapa Bucephalus bukan sekedar kuda perang, tapi perpanjangan tangan Aleksander sendiri, rekannya dalam usahanya meraih kejayaan.

Kematian Bucephalus dan Dampaknya terhadap Aleksander

Pada tahun 326 SM, setelah Pertempuran Hydaspes, Bucephalus meninggal karena luka-luka atau usia tuanya – hal ini tidak diketahui dengan jelas berdasarkan bukti sejarah dunia kuno.

Aleksander sangat terpukul karena kehilangan rekan tercintanya. Dia sangat berduka, menyadari dampak besar Bucephalus terhadap kehidupan dan penaklukannya.

Untuk menghormati kudanya yang jatuh, Aleksander mendirikan sebuah kota di dekat lokasi kematian kudanya, menamakannya Bucephala.

Kematian Bucephalus menandai titik balik bagi Alexander. Hilangnya rekan kepercayaannya bukan hanya sebuah tragedi pribadi tetapi juga sebuah kekalahan simbolis.