Sehari Merayakan Semarak Ramadan di Era Kejayaan Kekisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 22 Maret 2024 | 12:00 WIB
Lukisan pemandangan Istanbul pada masa Kekaisaran Ottoman pada tahun 1842, oleh Jacob Jacobs. (Via Daily Sabah)

“Tidak ada yang tahu persis kapan pertunjukan wayang kulit dimulai di Anatolia, meskipun almarhum cendekiawan Metin And berteori bahwa pertunjukan ini berasal dari Mesir setelah penaklukan Ottoman di sana pada tahun 1517,” kata Niki.

Hacivat (kiri) dan Karagöz (kanan). (Kıvanc/Wikimedia Commons)

Selama Ramadan, seniman dan penulis sering menciptakan karya-karya seni yang terinspirasi oleh nilai-nilai agama dan spiritualitas. Kesenian seperti seni kaligrafi, lukisan, dan musik religius berkembang pesat selama bulan suci ini.

“Dambir da dan dan, dambir da dan dan, dambir da dan dan, dambir da dan!” Suara penabuh gendang dengan instrumen musik lainya terdengar dari kejauhan. Ini adalah cara untuk membangunkan orang-orang agar segera melaksanakan sahur. Mereka sering diikuti oleh anak-anak muda di lingkungan sekitar yang tidak tidur.

Tentu saja para penabuh genderang mengharapkan tip untuk layanan mereka dan banyak warga yang memberikannya. Mereka sangatlah berguna di zaman ketika tidak ada jam di setiap rumah, apalagi listrik.

Nabi Muhammad menganjurkan agar semua muslim makan sesuatu, meskipun, selain kurma, beliau tampaknya tidak menyarankan makanan tertentu. Begitu pula dengan kebanyakan masyarakat Ottoman, mereka biasanya akan sahur dengan makanan buka puasa yang dihangatkan.